Minggu, 09 September 2012

Kumpulan Cerpen aku(Tiialavender)



PENGORBANAN SEORANG SAHABAT

Hari ini adalah hari ulang tahun sahabatku, “Rina”. Dia, terlihat bahagia karena orang tuanya memberinya hadiah yang indah. Sedangkan, teman-teman juga memberinya banyak hadiah.
Tapi, diulang tahunnya kali ini aku tidak bisa memberinya apa-apa. Karena, keluargaku sekarang sedang kesulitan ekonomi. Aku berharap agar Rina mengerti keadaanku sekarang.
Dan, ternyata Rina mengerti keadaan ku sekarang. Rina memang sahabat yang paling baik yang pernah aku miliki.

Beberapa hari kemudian, Rina pun jatuh sakit. Aku ingin menjenguknya di rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, ibu Rina berkata, “Rina sakit parah dan kemungkinan sudah tidak ada harapan untuk hidup lebih lama”. Dia terserang penyakit yang sangat parah dan tidak ada kemungkinan untuk sembuh. Satu persatu organ tubuhnya rusak dan butuh donor yang cocok untuknya.

Aku pun sedih melihat sahabat ku harus menanggung sakitnya sendiri. Aku mencoba untuk pergi ke laboratorium untuk tes apakah organ tubuh ku cocok untuk Rina. Aku ingin melihat sahabat ku hidup sehat dan bahagia seperti dulu lagi. Aku mencoba membantunya sebisa yang aku bisa.

Tenyata, hasil tesnya cocok dan aku meminta izin kepada ibu untuk mendonorkan organ tubuh ku pada Rina. Tapi, ibu tidak menyetujui keputusan ku, karna ibu tidak ingin apabila nanti akibatnya terjadi padaku. Karena ibu sangat sayang padaku dan tidak ingin terjadi apa-apa dengan ku. Tapi, aku sangat ingin mendonorkan organ tubuh ku pada Rina. Aku berusaha meyakinkan ibu agar ibu menyetujui keputusan ku.
Dan akhirnya, ibu mengerti betapa Rina sangat membutuhkan donor itu. Tapi, ibu juga kelihatan kurang ikhlas. ”Tapi, ini demi Rina bu...” ucapku. ”iya nak ibu mengerti perasaan mu. Tapi apakah tidak bisa menggunakan cara yang lain nak...??” jawab ibu. ”Ayolah bu...!!” ucapku. ”Yaudah, terserah padamu ibu sudah mengingatkan mu pokoknya..” jawab ibu.

Setelah mendapat persetujuan ibu, keesokan harinya pun aku langsung diperbolehkan untuk pergi operasi. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar dan selamat. Organ tubuh ku sekarang berada di dalam tubuh Rina. Kami, berdua merasa senang karena operasinya lancar.
Satu hari, dua hari, rasanya badan masih terasa sehat. Tapi lama kelamaan badan semakin hari semakin lemas dan sering juga sakit. ”Apakah ini akibat dari operasi kemarin..??” tanyaku dalam hati. Akhirnya aku harus menanggung hidup ku di atas kursi roda,
karena aku sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan.

Hari demi hari telah berganti, aku sudah mulai beranjak remaja. Sekarang aku sudah bersama dengan orang yang menyayangiku, yaitu “Roni”. Roni sangat sayang padaku dan aku pun juga sangat sayang padanya. Tapi, disisi lain Rina juga mencintai Roni. Aku pun bingung di antara dua pilihan. Disisi lain aku sayang dan mencintai Roni tapi, disisi lain juga aku sangat sayang dan merasa kasihan pada Rina.

Akhirnya, aku putuskan untuk merelakan Roni bersama Rina. Tapi, Roni membantah keputusan ku. ”Ron...kamu sayang sama aku kan..?? kalau kamu sayang sama aku kamu harus mau sama Rina ya..??” ucapku pada Roni. ”Tapi Rani, aku sangat mencintaimu, aku gak bisa bohongi perasaan ku. Aku sangat sayang sama kamu, aku sudah terlanjur jatuh cinta sama kamu..” jawab Roni. ”Roni, aku ini punya penyakit yang parah..aku juga tidak bisa membebankan kamu untuk mendorong aku terus.. lebih baik kamu sama Rina ya. Dia cantik, dia pintar, dia baik hati juga.” sambung ku. (Roni memegang kedua tangan Rani) ”Rani, walaupun kamu sakit, aku tetap sayang padamu. Aku cinta kamu apa adanya. Sungguh, aku ndak bohong..!!” jawab Roni. “udahlah Roni...Kamu sama Rina aja..” Jawab ku.

Aku pun pergi meninggalkan Roni dengan menangis. ”Roni, maafkan aku. Sesungguhnya aku juga tidak ingin kamu bersama dengan Rina. Tapi, ini demi Rina...” Ucap ku dalam hati.
“Rani...,Raniiiiii kamu mau kemana..” teriak Roni. ”Baiklah jika ini mau mu. Aku akan turuti mau mu. Tapi dengarkan aku Rani, aku akan tetap sayang padamu..” sambung Roni.

Keesokan harinya, Roni pun menyatakan cintanya pada Rina dihadapan ku. Aku pun senang walaupun hatiku sangat sakit dan sakit. Aku pun mengatakan selamat kepada mereka berdua. Wajah ku terlihat bahagia padahal hatiku menangis. Hatiku menangis tak masalah buat ku, yang penting sahabat ku bahagia.

Hari demi hari berganti, aku pun terus belajar mulai dari pelajaran yang aku terima di sekolah karena sebentar lagi ujian kelulusan. Aku berjanji akan melupakan kejadian yang telah berlalu.

Setiap Rina meminta bantuan selalu aku bantu karena, aku tidak ingin dia merasa sedih. Aku ingin Rina selalu bahagia walaupun nyawa taruhannya. Tapi, megapa Rina tidak pernah membantu ku sejak dia bersama Roni. Seakan-akan dia sudah lupa sama sahabatnya sendiri. Saat aku terjatuh Rina seakan-akan tidak mengerti bahwa aku terjatuh. Tapi itu sudah aku anggap sebagai cobaan dalam persahabatan.

Setahun telah berlalu. Aku sudah lulus dari SMA. Tapi, sayangya aku tidak bisa melanjutkan sekolahku ke tingkat yang lebih tinggi. Karena sakit ku kini makin parah. Semenjak aku mendonorkan organ tubuhku, aku menjadi sakit sakitan. Kini yang aku bisa hanya mengurung diri di dalam rumah dan tidak pernah keluar rumah. Roni pun selalu memberiku semangat untuk sembuh. Tapi, rasanya sudah tidak mungkin lagi untuk aku sembuh.
Dua tahun berlalu. Rani pun meninggal dunia. Roni pun menangis menyesali kenapa dia harus menuruti kemauan Rani dulu. “Seandainya aku sekarang bersama Rani, Aku akan coba membuat dia bahagia di akhir hidupnya. Tapi, kini sudah terlambat bagi ku untuk melakukan itu” ujar Roni dalam hati.

Rina pun juga menyesal. ”seharusnya aku tidak menerima organ tubuhnya dulu” ucap Rina. ”Seharusnya aku yang ada di dalam sini, bukan kamu Ran... Maafkan aku ya Rani, seandainya aku tidak menerima donor tubuhmu, kamu tidak akan seperti ini. Aku sangat benci pada diriku sendiri.., maafkan aku ya Rani..” sambung Rina.
“Sudahlah Rina.. Kita tidak boleh menyesali kepergiannya. Ini sudah rencana-Nya yang di atas, syukuri saja apa yang terjadi” Jawab Roni. Akhirnya, Rina menyadari ini sudah jalan hidup Rani.
Rina hanya bisa mendo’akan Rani disana.
“Terima kasih Rani.. Atas pengorbananmu, aku dapat hidup bahagia. Sekali lagi, terima kasih” Ucap Rina..
SAHABAT DARI DUNIA LAIN...

Mempunyai hidup yang berkecukupan bukanlah alasan utama seseorang ataupun suatu keluarga untuk meraih kebahagiaan. Kebahagiaan itu diraih bukan karena harta yang melimpah, tetapi keharmonisan didalam keluarga. Kesibukan orangtua kadangkala menyebabkan anak-anaknya kurang mendapat kasih sayang. Begitu pula dengan kehidupanku, karena kesibukan orangtuaku , kini semua kekayaan orangtuaku tidak akan berarti apa-apa bagiku.

Angin bertiup semilir. Tampak matahari yang memancarkan cahaya oranye nya, kicauan burung masih terdengar, mereka terbang sesuka hatinya, merasakan keindahan alam semesta ini, kini mereka mengepakkan sayap-sayap mereka dan terbangmenuju peraduan. Dan bersamaan dengan itu, diruangan yang cukup besar, berhiaskan dinding yang berwarna hijau, tepat diatas tempat tidur , aku masih membaringkan tubuhku. Aku bingung entah apa yang harus kulakuan saat ini. Aku ingin merasakan kebahagiaan seperti anak-anak burung yang diberi kasih sayang oleh kedua induknya. Sedangkan aku ? Bagaimana dengan kehidupaku? Entahlah, aku hidup seperti tidak mempunyai orangtua. Mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka. Bisnis sana, Bisnis sini.
“ Huhhh,, pasti mereka tidak akan pulang malam ini “ bisikku.
“ Lebih baik aku keluar saja malam ini, mencari udara segarr,, “

Jam terus berputar . Dan kini jarum pendek sudah menunjukkan angka 7, kini senja itu pun mulai hilang.

Kulangkahkan kaki menuju garasi rumahku, jaket hitam dan helm merah sudah terpasang di tempatnya. Tanpa berlama-lama ku nyalakan mesin, dan melajukan motorku dengan kecepatan yang cukup tinggi.

Tak sadar, dipersimpangan jalan tetap dengan kecepatan yang tinggi, motor ku melaju, dan dari arah berlawanan, sebuah truk besar juga dengan kecepatan tinggi melaju.

Dann, peristiwa naas itu terjadi. Sedikit terdengar olehku teriakan orang-orang sekitar yang melihat peristiwa itu. Kurasakan aroma yang sangat amis bagiku, cairan merah itu mengalir dikepalaku. Beruntung nyawaku masih bias terselamatkan.

Perlahan-lahan kucoba membuka mataku. Tercium olehku aroma khas rumah sakit. Saat kubuka mata, hanya seorang lelaki yang tampak disampingku. Aku merasa tak pernah mengenalnya. “apa mungkin dia yang mencelakakan aku “ ucapku dalam hati.

Kucoba melihat lebih luas lagi. Mereka tidak ada. Dimana mereka ? Disaat aku seperti ini, masihkah merek sibuk dengan urusan mereka sendiri ? “ KETERLALUAN “ batinku tersiksa.
“ Kau sudah sadar ? “ tanyanya.
“ yaa,,yya, ssii,,aa,,paa kau ? “ jawabku dengan suara yang agak terbata-bata.
“ Aku Ilham. Siapa namamu ?”
“ nna,,mmaa,, ku Lena”
“ Oh, ya sudahlah, sebaiknya kau istirahat terlebih dahulu. Sepertinya keadaanmu belum terlalu baik. “usulnya.
“ Tidak apa-apa. Aku sudah mulai baikan kok. Oh ya, apakah kau melihat orangtuaku ?” tanyaku penasaran.
“ Eum, sepertinya tidak ada seorangpun yang datang menjengukmu sejak tadi. “ Ia mengernyitkan dahinya dan mencoba mengingat.

Aku kecewa dengan mereka.
“ Sepertinya aku ingin istirahat sebentar “ pintaku.
“ Baiklah, kalau seperti itu maumu, sebaiknya aku keluar saja, agar tidak mengganggumu” ucap Ilham

Kulihat Ilham begitu cepat menghilang dari hadapanku. Aku masih bingung siapa sebnarnya dia ? Apakah aku lupa ingatan ? Ahh, tidak mungkin, kalau aku lupa ingatan tidak mungkin aku ingat dengan kedua orangtuaku. Tapi, siapa dia ? Dan, dimana semua teman-temanku ? Tak ada satupun diantara mereka yang menjengukku. Apa aku tidak berguna lagi bagi mereka ? Apa salahku? Bukankah aku selalu hadir disaat mereka susah ? Ini balasan merreka ? kekecewaanku kini semakin dalam.
***

Malampun tiba, kembali kubuka mataku. Masih tampak Ilham yang setia menemaniku.
“ CCKKLLEEKK” pintu kamarku terbuka, diikuti oleh masuknya seorang suster membawa sajian malamku.
“ Hai nona Lena, bagaimana keadaannya ?” Tanya suster itu ramah.

Hey, pertanyaan basa-basi yang terlalu basi menurutku. Udah pasti keadaanku masih sakit.
“ Hmmm, ya seperti ini lah sus,, “ jawabku .
“ Dimana keluarga nona ? sepertinya sedari tadi tidak ada yang menjenguk.. ?”

Hhhaahh ? Aku sangat terkejut mendengar pertanyaan nya.

Hey suster, tidakkah kau lihat, seorang pria disana ?
“ Hmmmm,, mungkin mereka sibuk sus..”
“ Oh, ya sudahlah, Janganlupa dimakan yah makanannya, dan ini obatnya. “ sambil memberika sebungkus plastic yang berisi beberapa butir obat.

Suster itupun berlalu pergi. Tetapi aku masih bingung , mengapa suster itu mengatakan bahwa tidak ada orang yang menjengukku ? Ahh,, mungkin dia tidak memperhatikan Ilham
“ Hey Lenna, jangan melamun.. Ntar kesambet loh ?” candanya.
“ Ahh, tidak, aku tidak melamun.. “
“ Ya sudah, ayo kau harus makan “ sambungnya, sambil mengambil piring yang terletak diatas lemari kecil .
“ Tidak, aku tidak selera makan. “ tolakku.
“ Heey, ayolahh, supaya kau cepat keluar dari sini. Apakah kau mau tinggal berlama-lama disini ? “Tanya Chiko.
“ Ya tidak lah, tempat ini sangat aku benci. Tapi, aku juga tidak mau tinggal dirumah.. “
“ Mengapa begitu ?“ ucapnyapenuh tanya
“ Aku merasa bosan tinggal dirumah. Dirumah aku tidak mempunyai teman, bahkan kasihsayang orangtuaku , tidak pernah kurasakan. Mereka hanya sibuk dengan urusan kantor mereka. “ aku mulai curhat dengannya.
“ Kau sebaiknya jangan melihat dari sisi negatifnya saja, lihat jugalah sisi positifnya. Bukankah mereka melakukan itu demi kepentingan hidupmu juga ?” respon Ilham.
“ Ya, memang benar, tapi harta itu tidak menjamin kebahagiaanku.. “ sambungku.
“ ya, benar juga apa yang kau katakana. Ya sudah, sebaiknya sekarang kau habiskan terlebih dahulu makananmu ini.. “ saran Ilham.

Hatiku merasa lega, setelah aku menceritakn kehidupanku kepada Ilham. Tak pernah ada seorangpun yang bias menjadi tempat aku mencurahkan isi hati. Kini kutemukan dia, aku menganggapnya SAHABAT.
“ Oh ya, kau tidak pulang ? “ tanyaku kepada Ilham.
“ Iya, sebentar lagi aku pulang, aku akan pulang setelah kau tidur.. “ ucapnya.
“ Baiklah, sekarang aku akan tidur, kelihatannya kau sudah lelah “ Kucoba memejamkan mataku, dan akhirnya akupun tertidur.

Kini malam berganti pagi, cahaya matahari pagi membangunkanku. Kucoba membuka mataku. Dan aku kembali kecewa. Tapi kekecewaanku tidaklah begitu besar, karena kehadiran sahabat baruku Ilham. Tetap saja mereka tidak menjengukku.
“ Selamat pagi Lenna.. J” sapa Ilham sambil memancarkan senyum indahnya.
“ Pagi juga Ilham.. “ jawabku membalas senyumnya.
“ Gimana ? sudah lebih baik ?”
“ Yaa, sudah lumayan… “
“ Oh iya, sepertinya aku harus keluar sebentar, dan nanti aku akan kembali lagi. Tidak apa-apa kan? “ tanyanya.” Iya, tidak apa-apa kok… “

Ilham pun beranjak keluar. Dan,, ehh pintu itu dapat ditembusnya ?

Ahh,, mungkin hanya halusinasiku saja.
Kini aku sendiri lagi, tidak ada yang menemaniku sekarang. Tapi aku juga tidak boleh memaksakan kehendakku.

Kembali kuingat kekesalanku kepada orangtua dan teman-temanku. Sudah 2 hari aku menetap ditempat ini. Dan tak pernah sekalipun mereka menjengukku ? Mungkinka aku tidak berguna lagi ? Apakah lebih baik aku pergi ?

Saat itu entah makhluk apa yang merasuk tubuhku, hingga aku mencoba untuk menghilangkan nyawaku.
“ Lebih baik aku mati .. “ batinku tersiksa

Kulangkahkan kaki ku menuju lantai rumah sakit yang paling atas.

Kuberdiri dipinggiran sisi lantai loteng itu. Kini tangisku mulai meledak, tetesan bulir bening itu mulai berjatuhan membasahi pipiku. Kuingat semua kehidupanku , dimana tak ada kebahagiaan. Tak ada sedikitpun tersirat kenangan indah dihidupku.

Kini tinggal beberpa langkah lagi jarak antara aku dengan lantai dasar.
" Selamat Tinggal Semuaaa…. “ isak tangisku kembali terdengar.
“ TTTUUUNNGGGUUUU……. “ suara teriakkan terdengar dari belakangku, dan mengentikan langkahku.

Ku balikkan tubuhku dan ku berlari kearahnya, memeluk tubuh nya.
“ Ham, aku tidak tahan lagi hidup di dunia ini. Tidak ada satu orangpun yang peduli denganku. Lebih baik aku mati. “ ucapku sambil terisak.
“ Mati bukanlah jalan terbaik. Masih banyak orang yang menyayangimu disana, Mati itu tidaklah menyenangkan. Kau akan merasakan apa yang kurasakan. Tidak dapat menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan .. “ ucap Ilham.
“ Maksudmu ? merasakan apa yang kau rasakan ? “ tanyaku heran dan melepaskan pelukanku, lalu menatap matanya. Kulihat kesedihan yang mendalam disana, dan wajahnya yang pucat.
“ Yah, aku akan memberitahumu sesuatu. Sebenarnya aku ini adalah arwah yang telah meninggal. Dan aku meninggal dengan cara terbodoh yang pernah ada. Yaitu menjatuhkan tubuhku disini. Tepat dimana kau ingin menghilangkan nyawamu. Dan aku sangat menyesali perbuatanku itu. “ jawabnya sedih.
“ Jadi, maksudmu , kau ini adalah Hantu ? Lantas, bagaimana aku bisa melihatmu ? “ tanyaku heran.
“ Ya, seperti itulah. Aku ditugaskan untuk memperingatkan mu. Jadi, kau dapat melihat wujudku. . . “ Jelasnya.
“ Oh, pantas saja suster itu tidak dapat melihatmu. Dan kau juga dapat melewati pintu , kamar itu,, “
“ Ya begitulah, sebaiknya, kau hapus air matamu itu, dan kita sekarang kembali ke kamar, tenangkan dirimu.. “ bujuknya.
“ Baiklah.. “

Kami berjalan menuju kamar, tak kusangka, sahabat pertamaku itu adalah sesosok makhluk dari dunia yang berbeda denganku. Terngiang dipikiranku ucapan-ucapan yang terlontar dari bibirnya.

Kini kami sampai didepan kamarku. Kubuka pintu, dan ada sesuatu hal yang dapat membuatku sangat terkejut. Mereka datang ? Ada angin apa gerangan? Bukankah mereka sibuk dengan urusan mereka ?

Kusimpan didalam hati kebahagiaan kecil itu . Dengan wajah murung kulangkahkan kakiku kedalam.
“ Sayang, kamu dari mana saja ? Maafkan mama dan papa sayang, kami terlalu sibuk dengan urusan kami, sehingga kamu jadi begini. Maafkan mama.. L “ tangisan penuh penyesalan tampak dari wajahnya sambil memelukku, terasa dipundakku seperti ada sesuatu. Cairan bening dari matanya mulai membasahi pundakku.

Mereka memelukku, penuh kasih sayang, baru kali ini , kurasakan kebahagiaan itu.
“ Sudahlah ma, aku sudah memaafkan mama dan papa , lupakan masa lalu, kita mulai lembaran baru. “ ucapku.
“ Baiklah sayang.. J” ucap mamaku.
Disisi lain kulihat Ilham tersenyum kearahku.
Kubalas senyumannya itu.
Kini aku merasa bahagia, akhirnya aku merasakan kebahagiaan itu….
Keesokan harinya, hari dimana aku telah diijinkan untuk meninggalkan tempat membosankan ini..
Disampingku telah ada kedua orangtuaku yang membantuku untuk mengemas barang-barangku.
Tapi, ada yang aneh, dimana Ilham ? Kenapa dia tidak kelihatan hari ini ?
Tak sengaja, aku melihat diatas meja secarik amplop terletak disana. Perlahan kubuka isi amplop itu..

Dan kubaca..
Dear Lenna,,
Hai cantik, sudah sembuhkan ?Bagus kalau begitu..
Nah, dengan sembuhnya kau, tugasku pun kini telah selesai,,,
Kau telah mendapatkan kebahagiaanmu , dan kasih sayang dari kedua orang tuamu..
Sekian yah, surat perpisahan dariku.

Selamat tinggal Lenna..
I will miss You..
Ilham

Dengan sigap kulangkahkan kaki ku dengan kecepatan yang cukup tinggi, menuju loteng rumah sakit.

Dan sesampainya disana , kudapati sosok seseorang yang tersenyum kearahku..
“ ILHHHAAAMM… “ teriakku dan berlari memeluknya.
“ Sudahlah, kau tidak usah bersedih, bukanah kebahagiaan sudah ada ditanganmu ? Kini aku harus pergi, tugasku sudah selesai. .. “ pamitnya, dan melepaskan pelukan itu.
“ SELAMAT TINGGAL LENNA.. “ ucapnya dan melangkah menjauhiku,, semakin lama ia hilang dari pandanganku,,,
“ SELAMAT TINGGAL ILHAM ,,,

Kau adalah sahabat terbaikku, SAHABAT DARI DUNIA LAIN ..  “

















MOTIVATOR HIDUP KIARA

Hening.. Malam yang begitu sunyi... Rerumpun bunga pun kelihatannya enggan tuk berkata. Hanya semilir angin malamlah yang bersemangat tuk menghabiskan waktu. Seorang wanita manis berambut panjang duduk diantara rerumpunan bunga. seminggu yang lalu dia dinyatakan lulus dari SMA ternama di Indonesia dengan prestasi yang luar biasa. ia juga berhasil menyabet julukan "siswa terpandai di Sekolah. usai mendengar kabar baik tersebut, Faiz (sahabat karib gadis tersebut) langsung saja mendaftarkan gadis itu yang kerap kali dipanggil dengan nama kiara ikut seleksi beasiswa ke Paris. awalnya memang Kiara sangat pesimis. Namun dengan dorongan Faiz, akhirnya Kiara mau mengikuti seleksi tersebut.

Dari cuplikan diatas, pasti kalian menyimulkan betapa senangnya menjadi Kiara.. Sudah pinter, punya sahabat yang super baik lagi kayak Faiz, dan kemungkinan ia dapat lolos dalam seleksi beasiswa ke Paris! Namun ternyata tidak! Kini Kiara terduduk lemah bersandar bangku panjang dengan wajah sedih, air mata selalu mengalir di pipinya. Tatapan matanya kosong menggambarkan betapa besar luka di hatinya.
Mau tau apa yang menyebabkan Kiara bersedih? Ternyata, 3 hari yang lalu, ada peristiwa yang telah mengiris hatinya. jadi begini..

Sehari setelah pengumuman kelulusan, Kiara diterbangkan ke Bandung untuk mengikuti seleksi Beasiswa kuliah di Paris. Biaya pesawat dan seleksi semua ditanggung Faiz. Maklumlah Faiz adalah putra dari mantan presiden negara Republik Indonesia. meskiun demikian, Faiz tak pernah sedikitpun bersombong diri.

Kiara berangkat ke Bandung dengan perasaan campur aduk. Namun ia tetap optimis. Tanpa sepengetahuan Kiara, Faiz menderita penyakit yang dapat sewaktu waktu merenggut nyawanya. Kanker otak stadium tiga yang ia derita kadang membuatnya hilang kesadaran, lemas, dan tak dapat menggerakkan beberapa bagian tubuhnya. meskipun demikian, ia tak pernah mau mengatakn hal tersebut kepada sahabat karibnya sendiri, yaitu Kiara. Ia tak mau membuat Kiara cemas dan menjadi tak berkonsentrasi dalam tes beasiswanya.

Seusai kepergian Kiara, penyakit Faiz semakin memarah. Kini ia tak dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya. seluruh rambut di kepalanya pun kini lenyap terbawa penyakitnya. Suatu ketika, malaikat Izroil telah berada disisinya hendak mencabut nyawanya. Awalnya Faiz takut dan gelisah. Namun akhirnya ia pasrah atas kehendak yang Maha Kuasa. Sebelum meninggal, Faiz mengucap pesan terakhir untuk ibu yang biasanya Faiz memanggil beliau dengan sebutan MAMA.
Faiz :"Ma, kini malaikat Izroil telah berada di sisi Faiz. ini artinya Faiz akan segera mati. Faiz punya pesan terakhir buat mama."
Mama :"Sayang.. Faiz jangan bilang gitu.. Faiz adalah anugerah terindah mama.. Faiz jangan tinggalin mama..."
Faiz :"Tolong ma.. Relakan Faiz pergi.. Tolong juga jangan katakan bahwa Faiz sudah tiada pada Kiara.. Faiz takut hal itu akan mengganggu tesnya. Dan satu lagi.. Tolong berikan surat yang ada di laci meja belajarku pada Kiara jika ia telah kembali kesini. Usai mengatakan hal tersebut,dengan halus malaikat Izroil mencabut nyawa Faiz. Kini alam dunia telah Faiz tinggalkan.
"Faizzzz....", teriak Mama Faiz histeris. Beliau belum dapat menerima kepergian putra sematawayangnya. Wlau demikian, beliau tetap menjalankan apa yang Faiz inginkan.
Kiara berada di Bandung selama 5 hari. Seleksinya benar benar menguras tenaga dan pikirannya. Seusai 5 hari, Kiara kembali ke kampung halamannya. Tempat yang pertama kali ia datangi adalah rumah mewah milik Faiz. Ia sudah tak sabar ingin menceritakan segala pengalamannya selama di Bandung. Kiara sudah yatim piatu. jadi bukanlah masalah baginya bila tempat yang pertama kali ia datangi adalah rumah sahabatnya, Faiz.

#@ToookkTookkToookk@# pintu rumah Faiz pun Kiara ketuk. wajah cerianya menghiasi wajah cantik Kiara. "Lama amat nih Faiz mbukanya..". Kembali Kiara mengetuk pintu rumah Faiz. #@ToookkToookkkToookk@#.. "Assalamualaikum.....!!!",teriak Kiara memecah kesunyian.

Beberapa menit kemuudian, seorang wanita aruh baya yang ternyata adalah mama Faiz membukakan pintu untuk Kiara. senyum tipis tergambar dari bibir tipis milik mama faiz.
"Tante, Faiznya ada?",tanya Kiara enuh semangat.
"Mari masuk dulu, Nak. Pasti lelah ya habis seleksi beasiswa kuliah di Paris?", ajak mama Faiz sambil mempersilahkan Kiara masuk dan duduk di kursi tamu. Kiara pun mengikuti langkah mama Faiz kemudian duduk di seberang mama Faiz.
"Lumayan menguras tenaga tante. Tapi, walau demikian, Kiara tetap semangat.. heheheee"
#Apakah kamu akan tetap semangat aabila tau kalau Faiizzzz......# pikir mama Faiz.
"Tante, Faiznya kemana ya? kok sepi banget?"
"Bacalah surat ini, nak, kamu pasti akan tau sendiri nanti, setelah membacanya.",
Kiara menerima surat yang disodorkan untuknya. Dibukanya amlop biru muda yang menyamuli surat itu. Hatinya bergetar tak menentu.

Dear Kiara.........
Sebelumnya aku minta maaf..
Aku belum menjadi sahabat yang terbaik untukmu...
Tapi inilah yang terjadi.. Aku harus pergi meninggalkanmu...
ke alam lain, yaitu alam keabadian...
Sungguh aku minta maaf kepadamu...
Kankerku lah yang telah merenggut segala kebahagiaan kita..
Kini... Aku tak mungkin dapat bercanda denganmu lagi...
Kiara... Lupakan Aku! Lupakan masa lalu kita!
Carilah sahabat baru, yang mampu menggantikan aku...
dan mamu membahagiakanmu...
ttd
Faiz_sahabat Kiara Selalu
(Faiz Putra Atmaja)
Air mata membanjiri pipi Kiara.. Tak dapat ia pendam rasa sakit dalam hatinya ini. Mama Faiz memeluk Kiara erat, mencoba menghibur hati yang teriris itu..
"Jadi Faiz........", suara Kiara bergetar
"Ia nak.. Faiz sudah meninggal oleh kankernya. yang sabar ya nak.."
"Tante, saya permisi pulang dulu. Assalamualaikum.."
Kiara berjalan tak tentu arah. ia tak tahu harus berbuat apa. Air mata terus mengalir di pipinya. hingga ia menemukan sebuah taman yang indah. ia duduk berjam jam disitu hingga malam. surat dari Faiz terus berada di genggamannya.
Tiba tiba sayup terdengar suara lembut seorang pria. Suara yang sangat Kiara kenal.
#Faiz...Mungkinkah itu suaramu?# pikir Kiara. Diusapnya air mata yang membasahi pipinya. ia mencari sumber suara itu. saat membalikkan badan, ia melihatt sosok Faiz dengan berpakaian serba putih. ingin rasanya kiara mengajaknya berbicara, menyentuh tangannya, namun semua terasa kaku. saraf-sarafnya seakan tak berfungsi. faiz mengatakan hal yang menenangkan hati Kiara. Ia berkata "Sobatku... Aku sudah bahagia di Surga. Tolong jangan rusak kebahagiaanku dengan air matamu. lanjutkan hidupmu tanpaku. Aku ngga mau kamu sedih terus karenaku." kemudian bayangan Faiz pun menghilang.

"Mungkin selama ini aku bukan sahabat yang baik. Buktinya, Faiz saja sampai ku rusak kebahagiaannya.Ok, mulai sekarang, aku ngga akan sedih lagi." pikir Kiara.

Keesokan hari, ketika Kiara masih memejamkan mata, ponselnya berdering. Dengan malas ia mengangkat panggilan tersebut. saat mendengar yang telepon adalah penyelenggara beasiswa, ia langsung bangkit. Dan saat iaa mendengar kabar bahwa ia berhasil masuk ke universitas Paris, ia langsung kegirangan. ia menutup telpon tersebut dengan kata "MERCI" yang artinya "TERIMA KASIH".
Kiara pun bertekad ia tak akan bersedih lagi dan akan bersungguh sungguh kuliah di Paris. Ia akan tetap mengenang Faiz di hatinya ssebagai Motivator hidunya.


























CATATAN DIBULAN JUNI

“Kring.. kring.. kring..” suara HP-ku menyanyi tanpa henti bagai kicauan burung dihari nan asri. Tepat pukul 00.00, Aku terbangun dan segera mengambil HP. Hari itu, sahabatku Maya berulang tahun. Sebagai sahabat yang baik, aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Kutulis ucapan selamat sepenuh hati walaupun pikiran masih jauh melayang ke mana-mana. Ketika SMS tersebut siap, pikiranku pun sudah tidak pada HP yang kupegang, tanpa kusadari, aku telah tertidur pulas dan lupa mengirimkan SMS.

Fajar pagi mulai menyapa dunia fana. Dengan terpaksa, aku mengakhiri masa lelap dan segera mengambil HP di bawah bantal. Dengan bangga aku merasa telah menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pada Maya. Hari itu, tepatnya tanggal 6 Juni 2010, telah kupikirkirkan kejutan untuk sahabat pecinta Spongebob namun kejutan itu gatot alias gagal total. Tak tahu lagi apa yang harus kuberikan pada Maya. Apakah aku harus mencuri uang Mama tersayang untuk membeli hadiah ataukah hanya ucap selamat pada Maya. Aku yang biasa tersenyum seakan galau dan tanpa arah ingin melakukan apa. Selang beberapa waktu, aku sadar bahwa besok ada UAS. Segera aku belajar dan mecoba sedikit tidak memikirkan Maya.

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah melewati sungai dan jalan hingga ke Jalan Diponegoro. Tak seperti biasanya yang paling heboh sendiri, aku lebih pendiam hari itu. Entah apa yang difikirkan, bahkan aku sendiri tak tahu apa yang membuat semua ini menjadi rumit dan kacau. Bel masuk berbunyi, aku duduk di bangku ujian di sebelah kakak laki-laki yang namanya sungguh panjang dan antep jare wong Jowo. Ujian berlangsung dengan sunyi. Aku berusaha untuk mengerjakan soal yang bisa dibilang sangat mbuleti nyingseti.
Saat istirahat, Maya datang ke kelasku. Degh.... “Bagaimana ini? Aura... Aura... tenang, jangan lebay, bertindak wajar, Okay!”, kataku dalam hati.

Maya semakin mendekat dan jantungku kian berdebar. Dia duduk dan berekspresi sungguh cantik.
“Ra, tahukan sekarang hari ulang tahunku?”, tanyanya.
“Lucu deh, Dek. Ada angin apa? Senangnya Kamu.”, kataku terbata.
“Pastinya, Mbak. Ingat Kak Keke? Dia mengucapkan selamat ulang tahun pukul 00.02.”, sahutnya semangat.
“O... Aku terharu.”, desahku pelan, tetes air mata seakan melewati pipi berbedak putih ini. Bingung, aku kira sudah berehasil mengucapkan “selamat ultah” untuk yang pertama ternyata tak jauh dari kata GAGAL. Memendam rasa yang sungguh tak dimengerti serta air mata yang menetes tanpa sadar mungkin sulit tapi telah kulakukan demi kebahagiaanmu sahabat, Maya.

Dua hari berikutnya, Maya menemuiku diruang ujian. Rasa senang mulai muncul dengan kehadiran Maya. Tetapi kenyataan berbeda, Maya hanya menceritakan hadiah yang diberikan Kak Keke kepadanya. Aku semakin terpukul dan bingung ingin melakukan apa. Bahkan akhir-akhir ini, Maya selalu bermain dengan Rosa. Maya tak pernah lagi mengajakku berjalan-jalan. Apa salahku, apa aku pernah membuat dia sedih, ini semua nggak adil. Aku mulai muak. Ku ingin marah, melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri di sini. Ingin kutunjukan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewa, nyanyian Bunga Citra Lestari yang lebih dikebal BCL tersebut kunyanyikan dalam hati.

Suara burung hantu mulai terdengar, sudah tak bisa kumenahan rasa hati yang semakin menjadi-jadi. Dengan berat hati, kukirim SMS kepada Maya dan mengeluarkan isi hatin yang sudah terpendam sekian lama.
”D’ maaf aku bilang seperti ini. Aku sudah g’ bisa lagi menahan ini d’. D’ sebenarnya, aku ini siapa dimata Adegh. Adegh sadar g’ sich, Adegh tuch udach nyakitin aku. Adegh jalan bareng Rosa tanpa peduli aku. Pagi-pagi adegh ama aku, nanti saat Rosa datang, Adegh g’ peduli aku lagi dan segera jalan ma Rosa. Aku g’ tahan lagi d’. Adegh sahabatku g’ sich.”, SMS kukirimkan pada Maya.

Entah apa yang difikirkan Maya setelah membaca SMS itu. Selang beberapa waktu, HP-ku berbunyi. Detak jantung serasa akan perang, perlahan tapi pasti kuambil HP kesayanganku. Aku pandang dan terlihat sebuah SMS dari Maya,“Maaf ya Mbak. Aku tak bermaksud menyakiti hatimu. Kita SAHABAT FOREVER.” Aku tersenyum memandangnya. Okay, aku mulai bisa belajar dengan tekun dan serius. Aku tertidur walaupun kusadar banyaknya tugas yang harus aku jalani. Ya sudahlah, aku capek hari itu.
****

Hari-hari setelah Maya mengatakan bahwa Kak Keke memberi hadiah, aku jadi ingin memberi Maya hadiah boneka Spongebob mengingat Maya adalah Spongebob Lover. Setiap harinya, aku menyisihkan separuh uang saku untuk rencana itu padahal aku terkenal cewe’ yang boros. GILA, laper banget JSi Aura Manis ini..!!

Hari Senin tanggal 14 Juni, aku pergi untuk membeli boneka Spongebob. Kuyakinkah hatiku bahwa Maya akan senang menerima boneka itu. Kuning dengan bintik-bintik hijau, sepatu hitam, dan senyum gila tengah menetap di boneka tersebut. Keesokan harinya, aku berusaha membujuk Maya agar tak ikut berbelanja ke An_Jana, sebuah toko favorit untuk berbelanja accesories. Setelah terjadi pertengkaran kecil, akhirnya Maya mau menunggu. Aku tunggu Nirwan dengan sabar. Nirwan, seorang teman sebelah kelas yang tengah dekat denganku. Sudah lama aku menunggu, namun Nirwan masih belum datang.
“Ra, maaf, aku ditelepon Mama untuk pulang karena ada acara keluarga”, kata-kata itu keluar dari lelaki di depanku, Nirwan.
“Hm.. ya nggak apa-apa, Nir. Hati-hati ya...”, sahutku berat. Dengan hati kecewa aku pergi bersama Wulan. Akhirnya, aku memilih bungkus bersampul batik untuk hadiah Maya. Kami pun pulang menemui Maya yang emosi karena aku yang lama tak datang. Kami pulang naik angkot berlogo Q. Di perjalanan, datang dua orang pria yang wajahnya tak asing buat Eka, Navra, dan teman-teman lainya. Apakah mereka komplotan pencopet yang pernah Eka temui beberapa bulan lalu? Mungkin iya atau mereka hanyalah dua orang yang hampir mirip dengan pencopet itu. Tapi aku yakinkan untuk mengira mereka adalah pencopet. Keanehan terus berlanjut ketika sang pencopet berpura-pura muntah dan menanyakan waktu padahal dia memakai arloji. Eka memperingatkan teman-teman dan mencoba menakut-nakuti sang pencopet dengan bualan yang berhubungan dengan Dedy, aneh. Saat pencopet itu turun dari angkot, kejanggalan terasa dihatiku tentang Maya. Tak dikira, tenyara HP Maya menjadi korban pencopet. Segera kami turun dari angkot dan segera menghubungi polisi. Tiada yang mengetahui kecuali orang-orang yang berada di penyervisan radiator. Mereka berkata bahwa pencopet itu dijemput mobil Panther berplat B. Sudah tiada lagi harapan menemukan HP Maya. Anehnya, mataku berkaca-kaca menghadapi kenyataan pahit ini, walaupun Maya tak sedikitpun menangis atau sedih.

Sampai di rumah, aku segera membungkus hadiahn dan menulis pesan.
“d’ ini juga sebagai tanda ‘soory’ karena aku g’ bisa nangkep pencopet itu. Aku janji d’ akan menangkap pencopet itu walau itu berbulan – bulan lagi”,tulisku dalam kado untuk Maya.
Aku simpan hadiah itu di lemari agar orang tuaku tak mengetahui hadiah tersebut. Aku yang tak rela HP temanku dicopet masih mencoba menghubungi nomer HP Maya, seandainya masih aktif. Namun setelah dideteksi, nomer Maya tak diketahui keberadaannya. Aku sedih karena tak bisa menangkap pencopet yang telah mencuri HP sahabat yang kukenal sejak SMP itu. Aku berharap agar hadiah yang kuberikan bisa meredakan kesedihan Maya.
****

Maya telah memiliki HP baru. Apa? Secepat itukah dia mendapatkan apa yang diminta. Aku tak menyangka dan semua itu adalah nyata, bahkan aku memegang HP baru Maya yang tak berbeda dengan HP sebelumnya. Apakah aku harus mengirimkan hadiahku padanya, dia sudah punya apa yang dia inginkan, aku takut dia hanya menertawakanku dengan hadiah yang sederhana ini. Akhirnya aku memantapkan keinginan untuk memberikan hadiah pada Maya pada tanggal 18 Juni. Aku harus tegar menerima apapun yang dikatakan Maya tentang hadiah ini. Aku bertemu Maya dan memberikan tas di jemari tangan Maya. Dia yang seolah kaget mengejarku dan bertanya, “Apa ini, Ra?”
“Untuk Kamu”, jawabku tersenyum. Ucapan terima kasih telah terdengar dari Maya, aku hanya tersenyum memandangi Maya yang mengotak-atik boneka pemberianku. Alhamdulillah, ketakutanku tak terbukti, Maya sangat senang dengan hadiahku, apa lagi setelah membuka hadiah itu adalah boneka Spongebob. Tak kuasa kumenahan rasa haru ini, namun senyumku tetap memancar dari bibir yang manis kata orang.

Jam pulang tiba, aku, Maya, Eka, dan teman-teman lainnya berjalan ke tempat angkot berada. Kami berharap bertemu dengan pencopet HP Maya. Aku telah membawa kantung kresek, selotip, dan kertas untuk mengerjai pencopet itu. Eka pun membawa tali, namun lucunya tali yang dibawanya adalah tali pramuka, emang mau kemah di siang bolong. Kami khususnya aku berdoa bersama agar bertemu pencopet tersebut. Jalan-jalan terlewati namun hidung pencopet tersebut tak kunjung terlihat. Aku semakin kecewa mendapati angkot telah berada di Ploso, pupus sudah harapanku untuk menangkap pencopet itu. Mungkin ini memang jalan takdir terbaik untukku, belum bisa menangkap pencopet. Aku yang merasa bersalah atas pencopetan itu kecewa karena belum bisa menepati janji. Tapi, aku yakin bisa menepati janji pada Maya diwaktu yang tepat.













KISAH CINTA DI PUTIH ABU – ABU

Disuatu kota, ada seorang gadis cilik bernama Bintang. Orangnya baik, lucu, pengertian, suka bercanda, dan tidak egois. Bintang memiliki 2 orang sahabat yang bernama Febby dan Maya. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu kompak, kemanapun mereka pergi selalu bertiga. Mereka sangat bahagia memiliki sahabat yang bias saling pengertian.

Namun, kebahagiaan mereka tidak selama seperti yang mereka harapkan. Karena Bintang dan keluarganya harus pindah ke desa tempat neneknya tinggal. Malam terakhir Bintang bersama 2 sahabatnya itu, ia putuskan untuk tidur bersama mereka untuk yang terakhir kalinya. Pagi harinya, Bintang sudah harus pergi meninggalkan sahabat, teman, dan rumahnya itu. Air mata terus mengalir dari mata sahabat dan teman – temannya melepas kepergian Bintang. Bintang pun ikut menangis tanpa henti.

Sampai dirumah barunya, Bintang merasa kesepian. Meskipun ia telah punya banyak teman baru, tapi dia belum bias menemukan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai sahabatnya disitu. Enam tahun sudah Bintang tinggal di desa. Kini ia duduk di kelas 2 SMP, tapi tetap saj dia masih belum menemukan seorang shabat. Dia merasa iri melihat persahabatan teman – temannyayang bias berkumpul dengan sahabat mereka. Tapi dari semua temannya, Bintang paling iri dengan persahabatan antara Bulan dan Nia, dua orang yang lebih tua satu tahun darinya.

Bulan memiliki nasib yang hamper sama dengan Bintang, ternyata dia juga anak pindahan. Tapi dia beruntung karena sudah menemukan seorang sahabat. Sampai akhirnya Bulan dan Nia pun melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Kali ini, mereka tidak satu sekolah lagi. Karena Nia memutuskan untuk melajutkan ke SMK yang ada di Temanggung, sedangkan Bulan melanjutkan sekolahnya ke SMA yang ada disekitarnya.

Waktu terus bejalan. Kini Bintang sudah duduk di kelas 3 SMP. Semenjak Nia pergi, Bintang dan Bulan menjadi akrab. Tiba saatnya Bintang melanjutkan sekolahnya kejenjang selanjutnya, siapa sangka ternyata Bintang bersekolah disekolah yang sama dengan Bulan. Bulan menjadi kakak kelasnya Bintang. Sejak saat itu, mereka menjadi semakin akrab dan akhirnya Bintangpun meminta Bulan untuk menjadi sahabatnya, merekapun menjadi sahabat. Banyak teman – teman Bintang dan Bulan yang mengira bahwa mereka kakak beradik, padahal tidak.

Waktu berjalan begitu cepat. Ulangan umum semester satu pun sudah berlalu. Kini tinggal menunggu waktu penerimaan raport pada hari Sabtu besok. Pada hari penerimaan raport nanti akan diadakan PenSi yang diikuti oleh para siswa.
“Bin, besok kamu naik motor sendiri kan? Aku bareng ya?” Pinta Bulan.
“Emm, ya insya Allah, emangnya kenapa mbak? Biasanya kan mbak naik motor sendiri?” Tanya Bintang.
“Besok motornya mau dipakai bapak ku.” Jelas Bulan
“Owh, ya besok Insya Allah aku kerumahmu, biasanya aku berangkat jam setengah tujuh.” Jawab Bintang
“OK! Beneran ya?! Kalai nggak dating aku nggak berangkat lho.” Sahut Bulan.
“Iya iya, insya Allah.” Jawab Bintang santai

Keesokan harinya Bintang menghampiri Bulan. Ternyata Bulan sudah menunggu di depan rumahnya. Sesampainya disekolah, Bulan tetap bersam Bintang. Karena teman – temannya belum ada yang datang. Sambil menunggu, mereka bercerita.
“Dimas nanti jadi tampil nggak ya?” Tanya Bintang.

Dimas adalah teman satu kelasnya Bintang. Dia banyak disukai oleh cewek.
“Emangnya Dimas mau tampil?” Bulan baik bertanya.
“Nggak tau juga sih, tapi kemarin tu kayaknya dia yang maju akustik.” Jelas Bintang.
“Nah tu Dimas, tanya aja. Dimas!!” Panggil Bulan.
“Apa mbak?” Tanya Dimas.
“Nanti kamu tampil nggak?” Sahut Bulan.
“Iya, insya Allah.” Jawab Dimas.
“Owh, ya udah, latihan sana! Haha.” Jawab Bulan.

Setelah Dimas pergi, Bulan bicara pada Bintang.
“Tuh, dengerkan Bin? Dimas tampil. Haha.” Goda Bulan
“iya, iya, aku dah denger kok.” Jawab Bintang.
PenSi pun dimulai, Bintang dan Bulan terus saja smsan tentang Dimas. Bulan terus - terusan memuji Dimas dalam sms itu, dia bilang Dimas itu orangnya lucu dan juga imut. Bintang seperti tidak terima, dia tidak suka Bulan memuji Dimas didepannya. Awalnya, Bintang ingin cerita pada Bulan kalau sebenarnya ia menyukai Dimas. Namun ia tidak jadi cerita, karena ia punya firasat kalau nantinya Bulan juga akan suka dengan Dimas.

Seiring berjalannya waktu, firasatnya Bintangpun menjadi nyata. Setelah PenSi itu, Bulan menjadi suka dengan Dimas. Sebenarnya Bintang sudah tahu sebelum Bulan cerita padanya.
“Eh, Dimas tu orangnya lucu ya?!" Tanya Bulan.
“Nggak ah biasa aja, masih lucuan juga aku, haha.” Canda Bintang.
“Nggak ah, lucuan dialah daripada kamu.” Balas Bulan.
“ya ya ya, up to you lah.” Jawab Bintang.
“Eh, kalu dikelas dia dekat sama siapa teman ceweknya?” Tanya Bulan.
“Emm . . . . , kalau nggak sama Pita ya sama Della. Emangnya kenapa sih mbak kok dari tadi bahas Dimas terus?” Tanya Bintang sedikit judes.
“Nggak papa sih, Cuma mau tahu aja. Emang Dimas tu orangnya gimana sih?” tanya
Bulan.
“Ya gitulah mbak. Kenapa nanya sama aku sih? Emangnya aku siapanya dia? Udahan ah, dari tadi cuman bahas Dimas terus, bahas yang lain kenapa?” jawab Bintang sewot.
“Emangnya kenapa? Kok kamu jadi sewot gtu? Jangan- jangan kamu suka ya sama Dimas?” goda Bulan.
“Apa?! Aku suka sama dia? Kamu paling yang suka sama dia!?” jawab Bintang.
“Ennggak kok….” Jawab Bulan ragu – ragu.
“Alah, udahlah mbak ngaku aja, sikapmu tu dah kelihatan kalau kamu suka sama dia. Iya kan? Ngaku!!” Paksa Bintang.
“Emm . . . . , kayaknya sih gitu. Menurutmu gimana?” tanya Bulan.


            Mendengar jawaban Bulan itu, hati Bintang terasa sakit, dadanya menjadi sesak. Bintang kaget, ternyata dugaannya selama ini benar. Dia terdiam sejenak lalu menjawab pertanyaan Bulan tadi.
“Sebenarnya aku kaget, masak iya mbak bias suka sama adik kelas? Kalau menurutku, jangan sama dia mbak, aku nggak rela kmu sam dia, karena dia tu nggak pantes dapetin orang sebaik kamu mbak.” Jawab Bintang.
“Yang namanya cinta itu nggak kenal usia, lagian kenapa kamu bilang dia nggak pantes dapetin aku?” tanya Bulan penasaran.
“Karena dia tu nggak sebaik yang mbak pikirkan. Dia tu nakal mbak, kamu belum tahu siapa dia yang sebenarnya mbak.” Jawab Bintang.
“Nggak baiknya gimana? Nakalnya tu kayak apa?” Tanya Bulan lagi.
“Ya gitulah mbak. Ah terserahlah, yang jelas aku dah ngasih tau ke kamu, jadi jangan salahin aku kalau suatu hari nanti mbak sakit hati dan menyesal karena dah suka sama dia.” Jawab Bintang.
Ternyata Bulan tidak mendengarkan Bintang. Sampai akhirnya, dia tau siapa Dimas sebenarnya. Dan benarlah apa yang dibilang Bintang padanya. Meskipun dia sedikit kecewa, tapi Bulan tetap menyimpan perasaan pada Dimas. Tiga bulan lamanya Bulan menyimpan perasaannya itu. Lama – kelamaan sikapnya itu membuat Dimas tahu kalau dia suka padanya. Tapi dia tetap cuek dengannya. Bulan dan Dimas sering sms-an. Tapi tidak lama, mereka tidak sms – smsan lagi. Bulan kesal, karena Dimas nggak nyambung kalau diajak smsan.

Perasaan Bulan ke Dimas begitu dalam. Sebegitu dalamnya hingga membuat teman sekelasnya Bulan tidak tega melihat perjuangannya itu. Akhirnya, suatu hari Nandya, teman sekelasnya Bulan mengancam Bulan.
“Kalau kamu nggak mau bilang ke orangnya, nanti aku yang akan bilang ke dia lho!” paksa Nandya.
“Eh, jangan, aku yang malu tau nggak?” Pinta Bulan.
“Ya makanya ngomong dong!” Paksa Nandya.
“Nggak mau ah.” Jawab Bulan.

Saat pulang sekolah, Nandya dan pacarnya menghadang Dimas didepan UKS.
“Eh, kamu mau nggak jadi pacarnya Bulan?” Tanya Nandya.
“Ha?! Emm, ma’af mbak.” Jawab Dimas sambil menggelengkan kepalanya dan pergi.

Kemudian Nandya pergi menemui Bulan.
“Eh, aku udah nembakin orangnya, tapi dia nggak mau.” Kata Nandya.
“Ah…..!!kamu tu nyebelin banget sih? Aku jadi malu tau!” Balas Bulan.

Malam harinya, Bulan bertemu dengan Bintang, Bulan bercerita tentang apa yang dia alami.
“Eh kamu tau nggak? Masak tadi tu Nandya nembakin Dimas buat aku.” Kata Bulan.
“Ha?! Wah nekat banget sih mbak Nandya tu! Terus gimana?” tanya Bintang.
“Ya aku malu lah. Tadi tu Nandya bialng ke aku, kalau aku nggak mau bilang ke Dimas, dia yang ngomong ke Dimas. Tapi kan aku nggak mau nembak dia, aku cuma mau dia tahu aja.” Jelas Bulan.
“Wah kok gitu? Kalau aku jadi kamu, mending aku ngomong sendiri aja, kan Cuma mau ngomong doang kan? Nggak pengen nembak dia kan? Lagian kayaknya dia dah tau kok kalau kamu suka sama dia.” Jawab Bintang.
“HAAA……!!! Aku pengen nangis.” Jawab Bulan.
“Kalau mau nangis, nangis aja mbak, aku temenin kok, ya biar kamu juga sedikit lega.” Sahut Bintang.
“Aku pengen nangis, tapi nggak bias nangis. Air mataku nggak mau keluar. Dadaku rasanya sesak banget.” Jelas Bulan.
“Saranku, mending mbak ngomong deh ke dia, biar perasaan mbak tu sedikit lega.” Sahut Bintang.
“Haaaa….! Tapi Nandya dah nembakin dia untuk aku, ya aku malu lah.” Lanjut Bulan.
“Ya justru karena itu, makanya mbak tu ngomong, sekalian jelasin ke dia kalau mbak tu nggak mau nembak dia.” Jawab Bintang.

Bulan terdiam memikirkan hal itu.
“Ya udahlah mbak, pikirkan aja dulu baik – baik. Tapi mending sekarang kita tidur dulu.”: Lanjut Bintang.

Bulan masih belum bias tidur. Dia masih bingung untuk memilih antara ngomong atau nggak ngomong ke Dimas. Sebanarnya, Bintang juga belum bias tidur. Dia hanya pura – pura tidur untuk mengelabui Bulan. Dalam ketenangan itu, Bintangpun sebenarnya ingin menangis. Dia sadar bahwa perasaan Bulan ke Dimas itu lebih besar daripada perasaannya pada Dimas. Dadanya terasa sesak, hatinya sakiiit . . . . banget. Ingin rasanya dia menagis dan menjerit sekencang mungkin, namun semua itu ia tahan.
Akhirnya dia memutuskan untuk melupakan Dimas. Dia nggak mau nanti persahabatannya dengan Bulan rusak cuman gara – gara seorang cowok. Keesokan harinya, ternyata Bulan mengikuti sarannya Bintang. Dia bilang ke Dimas bahwa dia suka padanya, melalui SMS.

Dia juga jelasin kalau apa yang dilakukan Nandya kemarin bukan karena disuruh olehnya. Dimas menghargai perasaan Bulan terhadapnya, dia menjawab SMS dari Bulan dengan sopan. Perasaan Bulan kini sudah sedikit lega.
“Bin, aku udah bilang ke dia.” Kata Bulan.
“Serius mbak?! Kapan? Terus dia jawab apa?” Tanya Bintang.
“Seriuslah. Tadi, orangnya jawab kalau suka tu nggak papa yang penting nggak dosa aja. Kan aku nggak nembak dia, cuman ngungkapin aja, hehe.” Jelas Bulan.
“Haha! Baguslah, gimana perasaanmu sekarang?” tanya Bulan lagi.
“Ya udah sedikit lega sih, hehe. Makasih ya” jawab Bulan.
“Makasih buat apa mbak?” tanya Bintang bingung.
“Makasih dah mau dengerin curhatanku, hehe.” Jawab Bulan.
“Owh, ya sama – sama mbak, mau curhat yang lain juga boleh, kita kan sahabat. Hehe” jawab Bintang.

Dua bulan berlalu, namun Bulan masih menjaga perasaannya pada Dimas, meskipun hubungan mereka tanpa status. Berbeda dengan Bintang yang memang sudah berniat untuk melupakan Dimas. Dan benarlah, sekarang Bintang tidak lagi suka dengannya, justru kini dia menjadi benci pada Dimas. Karena dia tega menggantung perasaan sahabatnya yang begitu dalam padanya dan membiarkan sahabatnya itu menaruh harapan padanya.
“Kasihan mbak Bulan. Perasaan yang begitu dalam itu nggak dibalas dengan indah oleh Dimas. Tapi mau giman lagi? Perasaan setiap orang itu berbeda – beda. Walaupun aku nggak suka dengan Dimas, aku nggak bias memaksa mbak bulan untuk nggak suka juga dengan Dimas. Begitu pula dengan Dimas, walaupun mbak Bulan menyikainya, mbak Bulan nggak bias memaksa Dimas untuk menyikainya juga. Biarlah semua berjalan seperti air. Kita lihat aja besok gimana kelanjutannya setelah ulanagn umum kenaikan kelas ini, haha…..! Kata Bintang dalam hati.

Setelah ulangan kenaikan kelas, akhirnya Dimaspun menjadi suka dengan Bulan, dan apa yang menjadi harapan Bulan pun menjadi nyata. Penantiannya tak sia - sia.


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar