Minggu, 09 September 2012

Konflik Perusahaan



Konflik Dalam Suatu Perusahaan Antar Karyawan

Konflik dapat saja terjadi tidak hanya karena kepentingan antar individu, keluarga dan 
antar kelompok sosial yang berbeda, melainkan banyak kepentingan yang bertentangan, 
sehingga mereka berupaya untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri 
dan jelas berupaya untuk mengalahkan kepentingan dan kebutuhan orang lain.
oleh karenanya Solusi merupakan jalan yang terbaik untuk diambil, solusi merupakan 
suatu tindakan memilih dimana kita bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang 
terbaik dengan berbagai macam cara yang positif tentunya dan mendukung.
disini saya mengambil satu contoh konflik dengan karyawan dalam 
perusahaan/organisasi.

Jika saja ada salah satu karyawan anda, yang mengeluh karena kurangnya kerjasama 
antar rekan kerja yang selama ini anda bilang bagus yang disatu tugaskan dengannya, 
dengan penuh emosi si karyawan tersebut mengungkapkan kekecewaannya pada anda 
akan keluh kesah dengan rekan kerjanya. lalu meminta anda untuk segera melakukan 
tindakan ??

Berikut ini saran untuk mengatasi konflik antar karyawan :

1. Dengarkan kedua belah pihak.
Untuk memberikan solusi yang tepat sasaran,sebelumnya Anda harus tahu persoalan dari berbagai sisi. Dengarkan masalah dari tiap karyawan yang terlibat. Membiarkan  mereka mengeluarkan pendapat dan perasaan, membantu menenangkan mereka agar lebih siap untuk berkompromi dan negosiasi.

2. Tunjukkan empati kepada kedua belah pihak.
Tunjukkan bahwa Atasan mengerti situasi yang sedang terjadi. Hal ini tidak berarti Anda harus setuju dengan pendapat karyawan, tapi tunjukkan bahwa Anda memahami duduk persoalan.

3. Fokus pada masalah, bukan pada pribadi yang bermasalah.
Ingatkan dan jaga agar mereka tetap fokus pada masalah yang sedang dihadapi pada saat ini, tanpa mengaitkan masalah dengan hal-hal yang tidak relevan. Hal ini juga berlaku  untuk diri Anda sebagai seorang pemimpin.




Konflik Dalam Suatu Perusahaan Antar Karyawan

Konflik dapat saja terjadi tidak hanya karena kepentingan antar individu, keluarga dan 
antar kelompok sosial yang berbeda, melainkan banyak kepentingan yang bertentangan, 
sehingga mereka berupaya untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri 
dan jelas berupaya untuk mengalahkan kepentingan dan kebutuhan orang lain.
oleh karenanya Solusi merupakan jalan yang terbaik untuk diambil, solusi merupakan 
suatu tindakan memilih dimana kita bisa menyelesaikan suatu masalah dengan cara yang 
terbaik dengan berbagai macam cara yang positif tentunya dan mendukung.
disini saya mengambil satu contoh konflik dengan karyawan dalam 
perusahaan/organisasi.

Jika saja ada salah satu karyawan, yang mengeluh karena kurangnya kerjasama 
antar rekan kerja yang selama ini anda bilang bagus yang disatu tugaskan dengannya, 
dengan penuh emosi si karyawan tersebut mengungkapkan kekecewaannya pada atasan 
akan keluh kesah dengan rekan kerjanya. lalu meminta atasan untuk segera melakukan 
tindakan ??

Berikut ini saran untuk mengatasi konflik antar karyawan.

1. Dengarkan kedua belah pihak.
Untuk memberikan solusi yang tepat sasaran,sebelumnya Atasan harus tahu persoalan dari berbagai sisi. Dengarkan masalah dari tiap karyawan yang terlibat. Membiarkan  mereka mengeluarkan pendapat dan perasaan, membantu menenangkan mereka agar lebih siap untuk berkompromi dan negosiasi.

2. Tunjukkan empati kepada kedua belah pihak.
Tunjukkan bahwa Atasan mengerti situasi yang sedang terjadi. Hal ini tidak berarti Atasan harus setuju dengan pendapat karyawan, tapi tunjukkan bahwa Atasan memahami duduk persoalan.

3. Fokus pada masalah, bukan pada pribadi yang bermasalah.
Ingatkan dan jaga agar mereka tetap fokus pada masalah yang sedang dihadapi pada saat ini, tanpa mengaitkan masalah dengan hal-hal yang tidak relevan. Hal ini juga berlaku  untuk diri Atasan sebagai seorang pemimpin.





Konflik Dalam Perusahaan

Perusahaan manapun pasti pernah mengalami konflik dalam maupun luar. Mulai dari individu, kelompok sampai unit. Konflik yang kecil sampai yang besar. Konflik bisa terjadi karena kurang komunikasi antara sesame anggota perusahaan, penyalahgunaan kekuasahan dan lain-lain.

Antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Contoh Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar, sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumber daya manusia yang ahli dan teknologi yang tepat.

Solusi :

Tindakan yang harus dilakukan adalah Divisi pemasaran sebaiknya meningkatkan jumlah tenaga ahli, agar produksi yang diminta bisa terpenuhi.

Komentar :

Menurut saya, Produksi yang terbatas karena langkanya sumber daya manusia yang ahli, menngunakan produksi yang terbatas itu dengan sebaik-baiknya.






                                                                                             



                                                                                               

MAkalah PKN


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................       1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pemerintah..................................................................................................       11
B.     Rakyat.........................................................................................................       12
C.     Wilayah.......................................................................................................       13
D.    Keterkaitan Eksternal dari Tiga Komponen Negara...................................       14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................       24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................       25








BAB I
PENDAHULUAN


Rasanya adalah antropolog Clifford Geertz (1963) yang pertama kali menyimpulkan bahwa esensi masalah yang dihadapi oleh para nation-and state-builders pasca Perang Dunia Kedua adalah bagaimana merangkai old societies menjadi suatu new state. Old societies menunjuk pada demikian banyak komunitas antropologis tradisional yang mempunyai sejarah dan kebudayaan yang amat tua, sedangkan new state merujuk pada struktur negara modern, yang tumbuh secara berangsur-angsur dalam abad ke 17 dan 18 di Eropa Barat dan Amerika (ANDERSON, 1989, BENDIX, 1969; RENAN, 1994; TILLY, 1973). Oleh karena itu, nation- and state-building selain pada dasarnya merupakan suatu rekayasa struktur politik, juga akan memerlukan adaptasi kultural terencana, baik di kalangan elite pendiri negara maupun di kalangan massa yang hidup di akar rumput.
Memang ada perbedaan menyolok antara negara-negara nasional lama di Eropa Barat dan Amerika Serikat? yang perkembangan struktur politiknya di tingkat suprastruktur sudah merefleksikan budaya politik masyarakatnya di tingkat insfrastruktur dengan negara-negara baru di Asia dan Afrika, yang struktur politiknya seakan-akan merupakan suatu cangkokan dari luar, yang terpisah dan terasing dari budaya politik masyarakatnya.
Pada bangsa-bangsa dan negara-negara baru ini, tampil mengemuka dua gejala pokok, pada sisi yang satu terdapat konflik dan rivalitas intra dan antar elite di ibukota yang mempunyai kultur politik modern, pada sisi yang lain terdapat masyarakat primordial di daerah periferi, yang hidup di bawah lapisan kepemimpinannya sendiri dan dengan kultur politik yang seringkali masih amat tradisional. Agar bangsa-bangsa dan negara-negara bangsa yang baru ini dapat menunaikan perannya secara efektif, suatu tantangan mendasar yang harus dijawab adalah bagaimana mengintegrasikan bukan hanya seluruh elite nasional, tetapi juga antara elite dengan massa rakyat yang demikian majemuk, dengan kultur politik yang seringkali amat berbeda.


BAB II
PEMBAHASAN


Adalah menarik untuk diperhatikan, bahwa di Indonesia baik tokoh-tokoh kaum pergerakan dalam paruh pertama abad ke 20, maupun pada pendiri Negara serta pemimpin-pemimpin pemerintahan dalam paruh kedua abad itu, meletakkan kepercayaan yang amat besar pada pendekatan filsafat dan ideologi politik yang amat abstrak serta pada peranan dari tokoh-tokoh kharismatis, dan bukannya pada menyusun dan mengembangkan suatu kerangka struktur politik yang mampu mengakomodasi dan mendayagunakan potensi kemajemukan rakyat itu untuk kepentingan bersama (BAHAR, 1996, 1998, 2002, 2003).
Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan filsafat dan ideologi politik, betapa pun idealnya, dan kharisma tokoh-tokoh pemimpin besar, betapapun memukaunya, ternyata tidak banyak membantu mewujudkan terciptanya suatu negara yang efektif dalam mewujudkan dua tugas tradisionalnya, yaitu menjamin keamanan dan memenuhi kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Setelah merdeka lebih dari setengah abad, bangsa Indonesia bukan saja mendapatkan dirinya sebagai bangsa yang terpecah belah dan sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan, tetapi juga dengan sumber daya alam yang semakin menipis dalam suatu lingkungan yang sudah amat rusak baik di darat, di laut, maupun di udara tetapi juga dengan pemerintahan yang amat terfragmentaris, karena itu tidak mampu mengambil prakarsa dalam bidang apa pun juga.
Ringkasnya, dalam tahun 2003, Republik Indonesia yang dibangun dengan suatu harapan besar dan dengan visi yang gemilang ke masa depan, telah menjadi the sick man and the pariah of South East Asia. Untuk mencegahnya berlarutnya suasana suram ini, kaum terpelajar Indonesia perlu merenungkan kembali masalah dasar bangsa dan negara Indonesia ini, dan harus berani menawarkan suatu solusi, betapa pun embrional sifatnya. Dimensi Diakronik dari Pemikiran dan Praksis Nation-and State-Building di Indonesia.
Setiap fenomena dan institusi sosial selalu mempunyai latar belakang inilah aspek diakronik-nya yang perlu difahami benar-benar, sebab jika diabaikan bukan saja fenomena dan institusi sosial tersebut akan terlepas dari konteks dan karena itu sulit difahami, tetapi juga sulit untuk dianalisa dan ditangani dengan tepat. Oleh karena itu amatlah perlu untuk secara singkat membahas aspek diakronik dari proses nation- and state-building di Indonesia. Hal itu mencakup suatu rangkuman terhadap perkembangan perjuangan selama hampir setengah abad, 1908-1945.
Adalah merupakan suatu kenyataan, bahwa kesadaran kebangsaan di Indonesia bukanlah berasal dari massa rakyat di tingkat grass roots, tetapi merupakan hasil refleksi dan komitmen dari segelintir kaum terpelajar muda yang beruntung mengenal ideologi politik modern Barat, baik secara langsung melalui pendidikan Barat, maupun secara tidak langsung melalui pendidikan Islam modern di Timur Tengah. Pengenalan ini dipermudah oleh karena penguasaan bahasa-bahasa Barat yang lumayan baik sejak tingkat sekolah menengah pertama, baik bahasa Belanda, Inggris, Perancis maupun Jerman. Hampir tanpa kecuali, gelombang pertama kaum terpelajar ini well versed dengan literatur filsafat dan ideology politik Barat, seperti kolonialisme, imperialisme, nasionalisme, fasisme, naziisme, sosialisme, marxisme, dan komunisme. Mereka bukan saja mampu membaca, tetapi juga mampu menulis dengan baik dalam bahasa-bahasa Barat tersebut.
Tantangan intelektual yang mereka hadapi bukan saja memilih yang paling tepat di antara berbagai aliran filsafat dan ideologi politik Barat tersebut, tetapi juga menerangkannya kepada massa rakyat Indonesia, yang sebagian terbesar masih buta huruf, miskin, dan terbelakang. Dapatlah difahami bahwa sebagai lapisan terpelajar dari rakyat terjajah, dengan serta merta mereka menolak faham kolonialisme, imperialisme, fasisme, dan naziisme yang agresif terhadap bangsa lain. Mereka lebih tertarik dengan dan sering menjadi penganut dari faham nasionalisme, sosialisme marxisme, dan komunisme, yang memberi kesan lebih bersahabat dengan rakyat yang terjajah. Melalui kemampuan menulis yang tajam, mereka menyampaikan pikirannya melalui surat-surat kabar yang kelihatannya lumayan bebasuntuk zamannya, walau pun diancam oleh berbagai pasal pers delict.
Bersisian dengan kaum terpelajar berpendidikan Barat tersebut adalah kaum modernis Islam yang di Sumatera Barat disebut sebagai Kaum Muda yang menganut ajaran Syech Muhammad Abduh dan Syeh Muhammad Rasyid Ridha. Sambil berjuang untuk menyegarkan dan memajukan pemahaman umat mengenai ajaran Islam yang dirasakan
sudah jumud, kaum modernis Islam ini juga menerima dan menyebarkan faham kebangsaan modern yang ditimbang  mereka dari literatur Barat dan Timur Tengah sezaman. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa kaum modernis Islam ini merupakan sayap lain dari gerakan kebangsaan di Indonesia. Mereka mendirikan, menggerakkan dan memimpin berbagai organisasi massa dan partai politik, yang secara bersama-sama mengembangkan kesadaran kebangsaan di tengah massa rakyat, seperti Muhammadiyah, Syarikat Islam, dan Nahdlatul Ulama.
         Secara alamiah, di antara demikian banyak pelopor pergerakan kebangsaan itu akan tampil tokoh-tokoh terkemuka. Dua di antaranya amat menonjol, yaitu Ir. Soekarno yang mengembangkan seluruh karir politiknya di Indonesia sendiri, dan Mohammad Hatta yang dalam usia mudanya memimpin pergerakan mahasiswa Indonesia di negeri Belanda. Walaupun keduanya menganut faham nasionalisme, namun perbedaan yang lumayan besar dalam karakter pribadi dan latar belakang kultural, mempengaruhi visi kebangsaan dan kenegaraannya.
Soekarno, seorang Arjuna dan orator besar yang kemudian menjadi Proklamator dan Presiden pertama Negara Republik Indonesia, berasal dari kalangan priyayi dan menganut budaya politik Jawa, yang secara kultural dipengaruhi oleh pemikiran sinkretis (SOEKARNO, 1959, 1964). Pemikiran sinkretis ini dalam segala keadaan berusaha untuk menyatukan dan mengharmonikan berbagai wawasan, betapa pun bertentangan esensi dan manifestasinya. Ada dua warisan ideologi sinkretis Soekarno, yang walau pun mungkin niatnya baik, namun kemudian bermetamorfosa menjadi beban sejarah bagi Indonesia, yaitu Piagam Jakarta dan Wawasan Nasakom.
         Mengenai wawasan Piagam Jakarta, sungguh mengherankan, bahwa walaupun Ki Bagus Hadikusumo yang pertama kalinya menyarankan gagasan Islam sebagai dasar negara pada tanggal 30 Mei 1945 yang kemudian diwadahi Soekarno dalam tujuh kata Piagam Jakarta 22 Juni 1945 yang terkenal itu telah mencabutnya kembali tanggal 14 dan 15 Juli, namun Soekarno amat gigih untuk mempertahankannya. Adalah Hatta, bersama dengan Tengku Muhammad Hassan, Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim dan Kasman Singodimedjo, yang kemudian pada tanggal 18 Agustus dengan tidak ragu mencoret kata-kata itu (BAHAR, HUDAWATIE, 1998). Namun Soekarno kembali mencantumkannya dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah tiga tahun Hatta tidak lagi menjadi Wakil Presiden. Seperti dikoreksi oleh Ki Bagus Hadikusumo, kelemahan mendasar dari formula Piagam Jakarta ini adalah tidak dapatnya diterima kewenangan negara untuk mengatur agama.  Selain itu, sinkresi ideologi nasionalisme, islamisme, marxisme, yang mulai dikembangkannya dalam tahun 1926 dan direformulasinya menjadi nasakom dalam tahun 1960-an, dianutnya sampai saat-saat terakhir hidupnya, juga setelah terjadinya tragedi nasional berdarah dalam tahun 1965-1967. Walau pun sejak tahun 1847 Manifesto Komunis mencanangkan bahwa para penganut komunisme percaya dunia terbagi dalam dua kelas yang tidak dapat didamaikan, yaitu kelas borjuis dan kelas proletar, dan bahwa kemenangan kelas proletar hanya bisa dicapai melalui revolusi dan kekerasan, en toch beliau yakin mampu menyatukannya dengan pendukung Islam dan Nasionalisme. Padahal dari segi doktrin komunisme kedua golongan ini akan dipandang sebagai representasi kelas borjuis yang harus diperangi sampai musnah.
         Suatu anomali yang mungkin juga berasal dari visi kultural Jawa adalah bahwa walau pun dalam kehidupan keagamaan dan pemikiran visi sinkretik Jawa ini mampu mentoleransi kemajemukan dan perbedaan, namun dalam visi kenegaraan budaya politik Jawa, khususnya dalam era Mataram II, sama sekali tidak mentolerir kemajemukan dan perbedaan itu.
Dalam kehidupan bernegara, visi yang diulas dengan amat baik oleh Ki Hajar Dewantoro dan Soemarsaid Moertono, menjelaskan bahwa kekuasaan negara tidaklah berasal dari rakyat (wong cilik), tetapi dari suatu kekuasaan supranatural, yang menganugerahkannya kepada seorang tokoh terpilih. Dengan perkataan lain, konsep kenegaraan Jawa (baca: Mataram) ini bukanlah suatu negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat, tetapi suatu theokrasi atau setidak-tidaknya oligarki dan feodalisme, yang menginginkan suatu negara dengan pemerintahan terpusat dan kekuasaan mutlak, yang tidak akan mentolerir adanya kekuasaan tandingan (MOERTONO, 1985). Dengan sendirinya tidak akan ada pembagian kekuasaan antara cabang legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang mempunyai kekuasaan yang seimbang. Tidak boleh ada srengene (matahari) kembar, demikian rumus dasarnya.
         Faham itulah yang melatarbelakangi konsep demokrasi terpimpinnya Soekarno dan democratie met leiderschap-nya Ki Hajar Dewantara. Visi kenegaraan Jawa yang monistis dan intoleran inilah yang dituangkan oleh Prof.Mr.Dr. Soepomo ke dalam struktur kenegaraan yang terdapat Undang-Undang Dasar 1945. Seorang pengarang kontemporer merumuskan gaya pemerintahan Jawa ini sebagai perintah halus, tetapi pemerintahan otoriter.
         Berbeda dengan Soekarno, Hatta adalah seorang asketis muslim yang lebih suka berfikir, menulis, dan mendidik, daripada menghadapi riuh rendahnya massa. Beliau berasal dari keluarga ulama dan pedagang Minangkabau, yang budaya politiknya bersifat amat egalitarian. Bertolak belakang dengan budaya politik Jawa yang berkisar pada konsep kekuasaan yang terpusat di ibukota, budaya politik Minangkabau bukan saja mendistribusikan kekuasaan tersebut pada mufakat kerapatan adat nagari dan suku, sama sekali tidak berkeberatan dengan kemajemukan, dan nyaman-nyaman saja dengan perbedaan pendapat.
         Sebagai seorang Minangkabau, walaupun menghargai Pancasila sebagai sumbangan pribadi Soekarno, namun kelihatannya Hatta tidak terlalu peduli dengan pemikiran politik serta gaya kepemimpinan Soekarno. Mungkin oleh karena itulah Hatta sejak usia mudanya selalu menyampaikan kritik berkelanjutan terhadap Soekarno, dan oleh karena memandang Soekarno tidak dapat lagi diyakinkan untuk benar-benar menghormati demokrasi, dalam tahun 1956 Hatta mengundurkan diri dari jabatan Wakil Presiden, untuk memberikan apa yang disebutnya sebagai fair chance kepada Soekarno untuk membuktikan kebenaran teori demokrasi terpimpinnya. Hatta amat yakin bahwa teori demokrasi terpimpin itu akan runtuh dengan kepergian Soekarno.
         Pemikiran politik Indonesia memang sangat didominasi oleh wawasan ideologis Soekarno. Dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menawarkan suatu esensi wawasan filsafat politik yang diberinya tiga alternatif nama: Pancasila, Trisila, atau Ekasila. Nama pertama menjadi amat populer. Walau pun nama tersebut tidak tercantum secara eksplisit dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, namun substansinya terlihat dengan jelas. Soekarno berhasil menampilkan lima sila yang memang merupakan esensi dari seluruh wawasan kebangsaan dan kenegaraan yang hidup di Indonesia. Baik dalam tahun 1926, maupun dalam tahun 1945 dan dalam tahun 1960-an Soekarno konsisten dengan sinkretisme ideologisnya ini, yang selain diyakininya secara pribadi, juga diindoktrinasikannya secara luas, dan dilaksanakannya dengan tegar, termasuk dengan mengorbankan karir politiknya sendiri dalam tahun 1966.
         Namun Hatta dan tokoh-tokoh Minangkabau lainnya bukannya tanpa kontribusi. Dari sembilan orang perumus rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ada tiga orang Minangkabau: Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, dan Haji Agus Salim. Sejak tahun 1920-an mereka menyumbangkan pemikiran politik yang lebih pragmatis. Dalam tahun 1924, Ibrahim Datuk Tan Malaka, seorang tokoh pergerakan Minangkabau yang penuh misteri dan aktif dalam gerakan komunis internasional, dalam tahun 1924 sudah menulis dan menerbitkan gagasan kenegaraannya: Naar de Republiek Indonesia. Dalam tahun 1925, sebagai tokoh pimpinan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda Hatta ikut merancang Manifesto Politik yang menekankan pentingnya persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia, tentang perlunya kepercayaan pada diri sendiri, pendidikan politik rakyat, dan faham demokrasi ekonomi.
         Tidak mustahil unsur Minangkabau dari Panitia Sembilan yang merancang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 inilah yang menambahkan konsep-konsep yang lebih down to earth dalam dokumen tersebut, antara lain ditegaskannya secara eksplisit tentang empat tugas pemerintah, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
         Adalah wajar, bahwa karena jumlah pendukung budaya politik Jawa ini demikian besar, sebagian besar lapisan elite Indonesia, baik sipil maupun militer, akan selalu terdiri dari tokoh-tokoh yang menganut budaya politik Jawa. Rangkaian keputusan politik yang mereka ambil, yang langsung atau tak langsung akan mempengaruhi nasib seluruh bangsa Indonesia, akan dipengaruhi oleh visi Jawa yang sentralistik dan monistik, serta anti pluralisme dan heterogenitas. Tidak peduli apakah nama Presidennya adalah Soekarno, Soeharto, KH Abdurrahman Wahid, atau Megawati Soekarnoputri.
         Adalah juga wajar, bahwa sumbangan pragmatisme Minangkabau, yang jika dianut secara luas akan berpotensi sebagai suatu srengenge tandingan, betapapun bermanfaatnya, akan selalu kalah dalam persaingan demokratik berjangka panjang. Sewaktu daerah-daerah lainnya memberontak dalam tahun 1950-an, sebagai presiden constitutional dalam demokrasi parlementer Soekarno menyerahkan penanganannya kepada kabinet-kabinet parlementer yang ada. Namun sewaktu orang Minangkabau, bersama orang Manado, memberontak dalam tahun 1958 menuntut mudurnya kabinet parlementer Djuanda yang sesungguhnya tidaklah aneh dalam suasana demokrasi parlementer saat itu secara pribadi Soekarno marah besar, dan melancarkan apa yang disebutnya sendiri sebagai Perang Salib Pancasila yang ditumpasnya habis-habisan. Beliau tidak pernah menamakan pemberontakan lain dengan sebutan yang ideologis seperti itu. Juga tidak sewaktu PKI melancarkan pemberontakan Madiun bulan September 1948.
         Dengan semakin menguatnya pengaruh budaya politik Jawa dalam cakrawala kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, semakin menciutlah peranan budaya politik Minangkabau, bukan hanya di tingkat nasional, juga pada tingkat local sendiri. Bukannya tanpa alasan, bahwa dalam tahun 1980-an era keemasan Presiden Soeharto sebagai pengamat dan kritikus sosial, Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa Sumatra Barat yang pernah melahirkan tokoh-tokoh terkenal, tidak ada apa-apanya lagi. Sungguh suatu ironi.
         Udara segar bagi kemajemukan sedikit berhembus dalam interregnum Bacharuddin Jusuf Habibie dalam tahun 1998-1999, yang walau pun beribu Jawa, namun berbapak Bugis. Warisan puluhan undang-undang yang ditinggalkannya sebelum lengser, merupakan landasan bagi gerakan reformasi, yang kehilangan arah di bawah setelah kepergiannya. Rangkaian empat kali amandemen Undang-Undang Dasar 1945 berusaha secara piecemeal mengadakan kerangka kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang lebih meng-indonesia.
         Gerakan reformasi nasional sejak tahun 1998 berlangsung tanpa ideologi, tanpa struktur, dan tanpa pimpinan, sehingga semua bagaikan berlangsung tanpa arah. Format budaya politik Jawa yang dipraktekkan Soekarno dan Soeharto telah gagal, sedangkan Habibie kurang cukup populer, dan tokoh-tokoh Minangkabau sudah disikat habis. Demikianlah, semua konsep yang pernah berkembang selama setengah abad sebelumnya, diangkat kembali dan dicampur aduk bagaikan gado-gado. Agak sukar membantah kesan bahwa Indonesia dewasa ini berada dalam keadaan anomi, keadaan tanpa nilai. Dewasa ini sungguh sukar untuk mensifatkan apakah Republik Indonesia masih menganut Pancasila atau sudah beralih ke liberalisme; sungguh-sungguh suatu negara kesatuan ataukah sebuah pseudo negara federal; apakah masih menganut sistem pemerintahan presidensil ataukah sudah semi parlementer; apakah masih negara hukum ataukah suatu anarki; apakah suatu demokrasi atau suatu kleptokrasi [pemerintahan oleh maling-maling].
Konvensi Montevideo 1933, Sekali Dipakai lalu Sayangnya Dilupakan

Sesungguhnya, bersisian dengan pendekatan ideologis abstrak tersebut di atas, ada suatu pendekatan lain yang lebih pragmatis dan bisa bersifat komplementer dengannya, yang jika benar-benar ditindaklanjuti, akan besar manfaatnya dalam membangun bangsa dan negara baru di Indonesia.
Pendekatan alternatif tersebut adalah pendekatan struktural yang tercantum dalam Konvensi Montevideo 1933. Adalah menarik, bahwa jika kita telaah baik-baik risalah sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) antara bulan Mei sampai dengan Agustus 1945, segera akan terlihat dua hal yang menyolok.
Pertama, sebelum membahas pembentukan negara itu sendiri, para Pendiri Negara meluangkan waktu terlebih dahulu untuk membahas dasar negara. Pembahasan dasar negara ini berujung dengan diterimanya Pancasila secara aklamasi oleh BPUPKI, walau kemudian masih menyisakan masalah posisi syariat Islam dalam kehidupan bernegara, yang masih belum selesai sampai saat ini. Kelihatannya masalah ini tidak akan selesai-selesai, selama agama Islam masih dijadikan platform oleh para politisi untuk menduduki jabatan legislatif dan eksekutif melalui pemilihan umum.
Kedua, walaupun tidak secara eksplisit merujuk kepada Konvensi Montevideo 1933, namun jelas sekali bahwa keseluruhan pembahasannya didasarkan pada tiga komponen negara yang disebut dalam Konvensi tersebut. Dimulai dengan membahas masalah warganegara, disusul dengan membahas wilayah, dan ditutup dengan membahas pemerintahan dari negara baru yang akan dibentuk itu.
Sungguh sayang, bahwa sampai saat ini konvensi yang merupakan bagian dari hukum internasional itu hanya ditanggap sebagai suatu dokumen yuridis belaka, dan belum dikembangkan sebagai suatu paradigma kebangsaan dan kenegaraan yang bukan saja bisa menerangkan tetapi juga bisa dioperasionalkan secara koheren dan konsisten. Sambil menunggu proses teoretisasi yang lebih canggih, sebagian diilhami oleh rumus Graicunas tentang jumlah hubungan yang dapat timbul antar komponen dalam suatu organisasi, penulis mencoba mencari dan menjabarkan keterkaitan antara tiga komponen negara yang disebut secara kategoris dalam konvensi itu.
Sungguh menakjubkan, bahwa jika sungguh-sungguh dijabarkan, tiga unsur konstitutif negara menurut Konvensi Montevideo 1933 tersebut akan berkembang menjadi 14 keterkaitan struktural, yang dapat diatur dan dikendalikan secara sistematis, koheren dan konsisten. Sejak tahun 1995 penulis telah menyebarluaskan konsep operasional kehidupan berbangsa dan berbangsa ini dalam berbagai kesempatan, yang syukurnya belum pernah dibantah, walaupun juga belum pernah didukung secara eksplisit. Suatu uraian yang relatif lengkap dari operasionalisasi Konvensi Montevideo ini telah penulis sampaikan dalam buku penulis Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia, h.174-222 (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002). Menurut penglihatan penulis, diagram tersebut di atas dapat dimanfaatkan secara kreatif, sistematis dan terstruktur untuk lebih mengoperasionalkan semangat kebangsaan yang telah dibangun selama abad ke 20 yang lalu dalam struktur kenegaraan yang baku menurut hukum internasional.Penjelasannya adalah sebagai berikut.

A.     Pemerintahan

Rasanya dalam membahas suatu negara, terlebih dahulu kita perlu mengulas lembaga pemerintahannya, oleh karena pemerintahlah yang merupakan representasi serta unsur pimpinan yang bertanggung-jawab dari suatu negara. Dalam kenyataannya, pembentukan suatu negara baru selalu diawali dengan pembentukan suatu pemerintahan baru.
Lazimnya, pemerintahan suatu negara dipandang terdiri dari tiga cabang yang walau pun berdiri sendiri, namun saling terkait satu sama lain, yaitu cabang legislatif, cabang eksekutif, dan cabang yudikatif. Cabang legislatif bisa disusun secara unikameral bisa juga bikameral. Cabang eksekutif bisa disusun menurut sistem pemerintahan parlementer bias juga menurut sistem pemerintahan presidensil. Dalam sistem pemerintahan presidensil, pemerintah adalah presiden, dibantu oleh wakil presiden, para menteri, panglima dan kepala staf, kepala lembaga pemerintah non departemen. Cabang yudikatif biasanya bersifat independen dari dua cabang pemerintahan lainnya.
Tantangan yang dihadapi oleh pemerintahan mana pun juga adalah: bagaimana caranya para negarawan suatu Negara mampu menjaga integrasi intra- dan antar elite sedemikian rupa, sehingga seluruh perhatian serta energi mereka bias diarahkan secara berkesinambungan dan melembaga, untuk tercapainya cita-cita nasional, tujuan nasional, serta sasaran-sasaran nasional.
Ideologi nasional seperti Pancasila jelas amat perlu bagi bangsa yang bermasyarakat majemuk seperti Indonesia. Namun Pancasila saja jelas tidaklah cukup. Perlu dikembangkan perangkat-perangkat yang akan mewadahi, menjabarkan, serta menindaklanjuti kesepakatan nasional yang terdapat dalam kontrak politik tersebut, baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

B.     Rakyat

Dewasa ini amat jarang terdapat negara yang rakyatnya dari segi ras dan etnik bersifat homogen. Lalu lintas penduduk yang semakin lancar antara suatu daerah dan daerah lain serta antara suatu negara dan negara lain, cepat atau lambat akan menyebabkan rakyat suatu negara akan semakin lama semakin majemuk. Dewasa ini, berdasar Sensus Penduduk tahun 2000 sudah dapat diketahui dengan pasti jumlah etnik di Indonesia. Bukan 525 seperti dicatat oleh Dra. Zulyani Hidayah, atau 901 seperti diungkap oleh Prof. Dr. Koentjaraningrat, tetapi 1.072 buah! Tidak mustahil bahwa Republik Indonesia mempunyai rakyat yang terdiri dari etnik yang terbanyak di dunia.
Tiga catatan kecil rasanya perlu disampaikan dalam kesempatan ini.

Pertama, umumnya seluruh etnik ini mempunyai sejarah, adat istiadat, kebudayaan, serta wilayah kampung halaman mereka sendiri (homeland), yang eksistensinya secara konstitusional dijamin oleh pasal 18 dan 32 Undang-Undang Dasar 1945. Rezim kolonial Hindia Belanda dahulu mengadakan studi yang mendalam mengenai etnologi, antropologi,serta hukum adat (ter Haar, 1950), yang kelihatannya agak diabaikan oleh pemerintahan Republik Indonesia.
Akibat dari pengabaian baik sengaja maupun tidak sengaja ini sungguh merugikan, oleh karena pemerintah serta seluruh jajarannya bukan saja tidak memahami tetapi juga bisa terasing dari dinamika kehidupan rakyatnya yang bermasyarakat majemuk ini. Keterasingan tersebut bukan saja dapat menyebabkan pemerintah mempunyai gambaran yang keliru, tetapi juga dapat menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan dan tindakan yang keliru. Dari kekeliruan tersebut akan timbul konflik vertikal, yang memang telah terjadi secara berkepanjangan sejak tahun 1946 sampai sekarang.
Kedua, dewasa ini seluruh etnik yang ada di suatu negara, khususnya yang masih berdiam di kampung halamannya masing-masing, mendapat perhatian dan perlindungan hukum internasional hak asasi manusia. Dasawarsa antara 1994-2004 dinyatakan Perserikatan Bangsa Bangsa sebagai International Decade of the Indigenous Peoples. Badan dunia tersebut menunjuk seorang Special Rapporteur untuk menekuni masalah etnik dan masyarakat hukum adat ini.
Ketiga, setiap pemerintah harus hati-hati untuk melakukan kekerasan terhadap suatu etnik, oleh karena tindakan kekerasan yang dapat menyebabkan terbunuhnya warga etnik ini secara yuridis dapat termasuk dalam genocide, yang akan termasuk dalam kejahatan kemanusiaan (crime against humanity).
C.     Wilayah

Wilayah Indonesia yang mengandung kekayaan alam yang bukan main besarnya sungguh amat luas. Wilayah daratannya adalah sebesar 2 juta kilometer persegi. Wilayah lautnya 8 juta kilometer persegi, dengan kekayaan alam yang tidak kalah besarnya dari kekayaan alam di darat. Di atas wilayah darat dan laut tersebut terbentang wilayah udara dan dirgantara, yang sama luasnya, yang dewasa ini juga mempunyai potensi untuk digunakan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Sungguh mengherankan, bahwa seperti juga dengan kecilnya minat terhadap kemajemukan rakyat kita, demikian jugalah kecilnya perhatian terhadap wilayah kita yang amat luas. Hal ini tidak bosan-bosannya diingatkan oleh Dr. Hasjim Djalal dari Departemen Luar Negeri. Demikianlah pulau Sipadan dan Ligitan, yang dibiarkan saja dieksploitir kerajaan Malaysia, yang berdasar asas effective occupation sekarang ini diserahkan oleh Mahkamah Internasional kepada kerajaan tersebut. Kekayaan kita di laut, yang naudzubillah besarnya, dijarah dengan tenang-tenang saja oleh kapal-kapal Thailand, sebagian dengan izin dan sebagian lagi tanpa izin pemerintah. Dewasa ini beberapa pakar hukum laut serta pengamat sudah menengarai bahwa Indonesia akan dapat kehilangan pulau-pulau lainnya, antara lain di kepulauan Natuna. Lebih dari itu, sungguh mengherankan bahwa sebagai negara kepulauan, Republik Indonesia tidak mempunyai suatu Coast Guard.
Mungkin bisa kita pertanyakan: mengapa demikian kecil minat pemerintah terhadap rakyatnya yang demikian banyak dan wilayahnya yang demikian luas? Secara pribadi penulis menduga, bahwa faktor penyebabnya terletak pada system nilai dari kultur politik yang dijelaskan demikian gamblang oleh Soemarsaid Murtono, dan dijabarkan oleh Ki Hadjar Dewantara, Prof. Mr. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

D.     Keterkaitan Eksternal dari Tiga Komponen Negara.

Dengan memanfaatkan gagasan Graicunas tentang hubungan struktural yang terdapat dalam suatu organisasi, selain dari tiga keterkaitan internal dari tiga komponen negara, kita akan menemukan 11 hubungan eksternal lainnya, sehingga seluruhnya akan berjumlah 14 buah keterkaitan struktural.
Dari Tiga Komponen Negara
Penulis yakin bahwa diagram yang merupakan penjabaran konsep yang terkandung dalam Konvensi Montevideo 1933 tersebut akan bermanfaat sebagai referensi bersama yang bersifat komprehensif, yang dapat membantu setiap kalangan untuk berkomunikasi secara bermakna. Para pakar komunikasi selalu mengingatkan, bahwa tanpa persamaan frame of reference yang sama, tidak akan terjadi komunikasi.
Indonesia 2003, suatu Failed State?

Sejarah terbentuknya negara-negara nasional sejak abad ke-18 menunjukkan suatu fenomena yang menarik. Negara-negara nasional yang sudah berusia tua, seperti Amerika Serikat, Perancis, atau Inggris, yang masyarakatnya umumnya menganut agama yang sama dan mempunyai latar belakang kebudayaan Judeo-Grieka yang sama, kelihatannya sudah mencapai tahap kematangan dan kemantapan.
Namun, negara-negara nasional yang baru, yang umumnya baru terbentuk sebagai bagian
dari proses dekolonisasisetelah Perang Dunia Kedua, yang penduduknya sangat beragam latar belakang ras, etnik dan agamanya; yang batas-batasnya merupakan warisan dari sejarah imperialisme dan kolonialisme; dan yang korps elitenya masih harus merebut kepercayaan dari masyarakatnya yang heterogen itu, tidak jarang menampakkan suasana yang tidak stabil. Ketidakstabilan tersebut terwujud dalam rangkaian jatuh bangunnya kabinet, kemerosotan pelayanan publik, kudeta, pemberontakan, perang saudara, huru-hara berkepanjangan, dan gangguan kriminalitas yang hampir tidak dapat dikendalikan. Untuk menelaah fenemona baru negara nasional ini pada saat ini sudah mulai berkembang studi tentang state failure dan state collapse, gagal-negara dan keruntuhan-negara (BAKER, 1998; DORFF, 2000). Republik Indonesia sudah termasuk dalam daftar negara yang disebut sebagai failed state. Belum runtuh, tetapi sudah [mulai termasuk] gagal.
Memang, sungguh sukar untuk menemukan ulasan yang optimis tentang Republik Indonesia dewasa ini, baik tentang rakyat, wilayah, maupun pemerintahannya. Rakyat kita yang majemuk, bukan saja demikian mudah berkonflik satu sama lain tidak jarang karena sebab yang tidak berarti tetapi juga di beberapa daerah telah mengemuka aspirasi kuatuntuk memisahkan diri dari Republik Indonesia. Di satu dua daerah, malah telah muncul dan beroperasi gerakan pemberontakan bersenjata. Wilayah kita, beserta sumber alamnya yang kaya, selain tidak terjaga dengan baik, juga telah dijarah oleh habis-habisan oleh berbagai fihak yang hampir selalu lolos dari pertanggungjawaban hukum. Jajaran pemerintahan baik cabang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif  bukan saja memberi kesan teralienasi dan tidak demikian menghiraukan nasib rakyatnya, tetapi juga konflik berkepanjangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Krisis moneter yang melanda Asia sejak tahun 1997 menimbulkan akibat negatif yang bukan main beratnya bagi bangsa dan negara Republik Indonesia, bukan hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang sosial budaya, dalam bidang sosial politik, bahkan dalam bidang pertahanan keamanan.
Dalam bidang ekonomi, kemerosotan nilai rupiah terhadap dollar telah menyebabkan kerugian luar biasa, khususnya karena demikian besarnya hutang Indonesia dalam bentuk valuta asing, baik hutang pemerintah maupun hutang pihak swasta.
Kemerosotan ekonomi mempunyai dampak yang bukan main besar terhadap bidang sosial budaya, selain berwujud meningkatnya jumlah orang miskin, yang lazimnya menjadi faktor kriminogen, faktor penyebab timbulnya kejahatan, juga telah memicu terjadinya konflik horizontal antara sesama warga masyarakat sendiri (TADJOEDDIN, 2003). Di daerah-daerah yang didiami berbagai etnik, konflik horizontal antara berbagai etnik ini telah menimbulkan konflik antara suku autochtoon dengan suku pendatang, yang tidak jarang menyebabkan terjadinya pengusiran dan pengungsian dalam jumlah yang lumayan besar.       
Dalam bidang politik, adalah merupakan suatu truisme di manapun juga, yaitu bahwa pemerintahan biasanya runtuh pada saat kemerosotan ekonomi. Keruntuhan pemerintahan Presiden Soeharto dalam tahun 1998, membawa akibat beruntun, dengan lepasnya propinsi Timor Timur, pecahnya konflik horizontal di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan konflik vertikal di Aceh. Dalam peristilahan kontemporer, tidak akan terlalu salah jika disebutkan bahwa Republik Indonesia sudah merosot menjadi suatu failed state, negara yang gagal, negara yang hampir tidak mampu menunaikan tugas-tugasnya.
Adalah merupakan suatu kebiasaan bagi suatu rezim untuk selalu menyalahkan rezim pendahulunya terhadap segala masalah yang dihadapinya. Orde Lama menyalahkan pemerintahan Hindia Belanda. Orde Baru menyalahkan Orde Lama. Reformasi menyalahkan Orde Baru. Tidak mustahil Orde Reformasi akan disalahkan oleh berbagai orde-orde penggantinya. Cara seperti itu tidak bisa dilanjutkan lagi, oleh karena sama sekali tidak ada manfaatnya.
Yang harus kita lakukan adalah melanjutkan, menyempurnakan, memantapkan, serta mengoperasionalkan semangat reformasi nasional berdasar rangkaian konsensus nasional yang berkembang sejak tahun 1998 (FEULNER, 2002;MISHRA, 2002). Paradigma 14 keterkaitan struktural antara tiga komponen negara menurut Konvensi Montevideo 1933 mungkin dapat membantu ke arah tercapainya perbaikan secara berkesinambungan tersebut.
Dari segi nation- and state-building suatu masalah yang mendesak untuk ditangani adalah memuluskan kembali hubungan antara pemerintah dengan rakyat yang bermasyarakat majemuk ini. Berikut ini penulis menyajikan dua konsep lanjutan yang mungkin bermanfaat, yaitu tentang Teori Kue Lapis tentang Nation- and State-Building dan Paradigma Hubungan antara Pemerintah dan Etnik.
Sungguh menarik, bahwa beberapa negara Asia yang mampu bertahan terhadap kekuatan sentrifugal disintegrasi nasional, seperti Korea Selatan, Republik Rakyat Cina, Taiwan, dan Singapura, bukan saja memberikan perhatian amat besar terhadap kemajuan ekonomi, tetapi juga dengan sedikit mengorbankan demokrasi. Korea Selatan secara formal masih berada dalam keadaan perang dengan Korea Utara. Republik Rakyat Cina masih menganut totalitarianisme Marxis-Leninis. Suasana konfrontasi militer dengan Republik Rakyat Cina masih terasa kuat di Taiwan. Malaysia dan Singapura masih diperintah dengan dukungan Internal Security Act yang terkenal itu.
Dengan mengutip tulisan Juan Linz dan Alfred Stepan (1996), Prof. Miriam Budiardjo (2002) menyimpulkan bahwa untuk dapat membangun suatu negara yang viable dalam melaksanakan tugas pokoknya, mungkin diperlukan sekedar pembatasan terhadap hak-hak demokrasi. Gonjang ganjing berkepanjangan sejak awal reformasi dalam tahun 1998 mungkin menunjukkan kebenaran hipotesa ini. Lagi pula, Dr. Mohammad Hatta pernah mengutarakan fenomena yang sama dengan istilah lain, yaitu ultra democratie. Kelihatannya gerakan reformasi sekarang ini persis adalah ultra democratie yang dimaksud Hatta.
Teori Kue Lapis (The Three-Tiers Theory of ) Nation- and State-Building dan Dimensi Kultural dari Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Etnik.
A.        Teori Kue Lapis Nation- and State-building
Jika kita renungkan baik-baik sejarah pertumbuhan kesadaran kebangsaan di Indonesia yang bersuku-suku, yang dirintis dengan susah payah selama hampir setengah abad (1908-1945) oleh lapisan kaum terpelajar, yang kemudian
memproklamasikan kemerdekaan dalam suasana power vacuum di akhir Perang Dunia kedua di Pasifik, secara perlahan-lahan kita menyaksikan semacam teori kue lapis tumbuhnya bangsa dan negara-kebangsaan di Indonesia. Teori kue lapis ini bisa diterjemahkan sebagai The Three Tiers Theory of Nation- and State-Building.
Pada lapisan pertama dan paling bawah, adalah etnik atau suku bangsa, yang merupakan komunitas antropologis dan menjadi tumpuan dasar bangsa dan negara. Sistem nilai kultural etnik atau suku bangsa ini mempunyai arti psikologis dan sosiologis yang penting karena ikut membentuk pribadi warganya, di manapun mereka berada, baik sebagai warga negara biasa maupun sebagai penyelenggara negara (LINTON, 1962, SHERMAN dan KOLKER, 1987). Eksistensi etnik atau suku bangsa ini dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan oleh hukum internasional hak asasi manusia. Bila
keadaan berjalan secara normal, kehidupan etnik ini berjalan secara diam-diam dan tidak tampil ke permukaan.
         Dalam tahun 2003 ini, Leo Suryadinata, Evi Nurvidya, dan Aris Ananta telah menerbitkan suatu studi rintisan mengenai masalah etnik ini bersama dengan masalah keagamaan yang berasal dari data Sensus Penduduk tahun 2000. Seperti diketahui, untuk pertama kalinya sejak tahun 1930, Indonesia menghimpun data mengenai masalah etnik ini. Sebelum ini, jangankan menghimpun data, membicarakan masalah etnik saja dilarang, oleh karena bersama dengan masalah agama, ras, dan hubungan antar golongan, hal itu merupakan bagian dari ancaman SARA. Walaupun disadari bahwa sampai taraf tertentu risiko tersebut maih ada, namun studi tersebut menunjukkan bahwa trauma tersebut sudah jauh berkurang. Masalah etnik sudah dapat dikaji secara lebih persis dan terstruktur.
         Sekedar sebagai suatu catatan perlu diingatkan bahwa sampai saat ini Pemerintah Republik Indonesia belum mempunyai kebijakan yang jelas mengenai masalah keragaman etnik ini, selain secara samar-samar menunjukkan
majemuknya masyarakat Indonesia, dan bahwa hal itu tercermin dalam sesanti lambang negara: Bhinneka Tunggal Ika Politik burung unta yang diformulasi oleh Pangkopkamtib Laksamana Soedomo ternyata masih berlanjut sampai saat ini.
         Pada lapisan kedua, adalah bangsa sebagai komunitas politik, yang dibentuk secara sengaja secara artifisial melalui suatu kontrak politik dan oleh karena itu merupakan produk sejarah, dan karena itu sesuai dengan peringatan Ernest Renan harus dipelihara setiap hari, baik oleh setiap warga negara maupun oleh para penyelenggara negara. Benedict R.O.G Anderson memperingatkan bahwa bangsa hanyalah suatu komunitas imajiner yang hanya ada dalam alam pikiran kita, yang selain memerlukan kemampuan memvisualisasikannya juga menghendaki perwujudan konkrit dalam kehidupan sehari-hari. Bangsa dapat digambarkan sebagai suatu wadah besar dengan ruang gerak yang lebih luas bagi setiap orang, yang melintasi keterbatasan etnik, ras, agama, warna kulit atau jenis kelamin.
         Pada lapisan ketiga adalah negara, sebagai suatu subyek utama hukum internasional, yang bersamaan dengan mempunyai kewenangan untuk membangun dan menegakkan hukum nasionalnya ke dalam negeri, juga harus patuh pada hukum internasional, baik hukum internasional tertulis maupun hukum internasional tidak tertulis. Dalam pergaulan
internasionl, negara diwakili oleh pemerintah yang sah menurut undang-undang dasar negara itu.

B.     Dimensi Kultural dari Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Etnik
Dalam suatu bangsa yang secara kultural bermasyarakat sangat majemuk seperti Indonesia, suatu masalah konstan yang amat krusial dan karena itu harus ditangani secara amat bijaksana adalah hubungan antara pemerintah pusat dengan berbagai etnik yang merupakan komponen utama dari rakyat. Suatu anak masalah yang melekat erat dengan masalah ini adalah kenyataan bahwa kekuasaan politik dan pemerintahan yang akan menentukan nasib orang banyak akan selalu berada dalam tangan tokoh-tokoh etnik mayoritas, yang bisa peka dan bisa sama sekali tidak peka terhadap aspirasi dan kepentingan yang absah dari demikian banyak etnik bangsa yang bersangkutan.
Untuk Indonesia, masalah ini amat sangat penting. Demikian banyak masalah konflik vertikal antara pemerintah pusat, yang hampir selalu dipimpin oleh tokoh-tokoh nasional dari etnik Jawa yang menganut kultur politik otoritarian, bersumber dari ketidakpekaan pada masalah ini. Dalam visi tradisional Jawa, Jawa-lah yang merupakan pusat dunia. Selain Jawa adalah mancanegara dan tanah sabrang, yang bukan saja dipenduduki oleh manusia kelas dua tetapi juga
berperadaban rendah. Sungguh akan sangat menarik untuk meneliti bagaimana persepsi dari penduduk mancanegara dan tanah sabrang ini sendiri terhadap para penguasa Jawa ini, baik dari sejarah maupun dari mitologi mereka.
         Kita beruntung bahwa Ann Gregory dan DeWitt Ellinwood, dua orang antropolog yang meneliti masalah hubungan sipil dan militer di Asia Tenggara, telah mengembangkan suatu model hubungan pemerintah pusat dengan etnik, yang dapat
kita adopsi untuk keperluan nation- and state-building, sebagai berikut.
Dengan amat jelas kedua penulis ini menegaskan bahwa faktor penentu terletak pada kebijakan pemerintah pusat tentang kebudayaan, kelembagaan, dan alokasi sumber daya (baca: ekonomi). Dengan perkataan lain, kebijakan
pemerintah pusat adalah merupakan independent variable. Etnik hanya bisa memberikan reaksi terhadap kebijakan pemerintahan pusat itu, baik dalam wujud memberikan dukungan atau pun menentangnya.
Sudah barang tentu tidak akan ada masalah jika mereka menentangnya. Masalah akan timbul, bisa berlarut-larut, jika mereka menentangnya, sampai pemerintah pusat mengakomodasi aspirasi dan kepentingan itu dalam kebijakannya yang baru.
Setahu penulis, belum ada tanda-tanda bahwa pemerintah pusat benar-benar menyadari bahwa banyak masalah bangsa dan negara bersumber dari kekeliruan kebijakannya sendiri. Lazimnya, pemerintah pusat selalu berusaha mencari kambing hitam, kalau bukan pada pemerintah negara lain, pada rezim pendahulunya, kalau bukan rezim pendahulunya, pada rakyat. Kalaupun pada suatu saat langka para pejabat pemerintah mengakui kesalahannya, tidak mustahil hal itu hanya suatu lip service. Jika kita ingin mendalami sikap dan perilaku pemerintah demi pemerintah ini, telaahan terhadap teori elite yang umumnya dikembangkan oleh teoretisi ilmu sosial Italia, akan sangat membantu.
Integrasi Elite sebagai Faktor Krusial dalam Nation- and State-Building

         Dahulu, Dr. Alfian pernah menengarai bahwa salah satu ciri kehidupan politik Indonesia adalah mudah berpecah dan sulit bersatu. Kelihatannya pengamatan beliau masih valid sampai saat ini. Dalam waktu yang cukup lama memang terdapat semacam mitos persatuan antara tokoh-tokoh pemimpin nasional, yaitu tentang Dwitunggal Soekarno-Hatta. Mitos ini diharapkan mampu melambangkan kesatuan antara Jawa dan Luar Jawa, tetapi juga antara versi nasionalisme domestik dengan nasionalisme yang lebih universal.
         Namun adalah Hatta sendiri yang kemudian menengarai bahwa mitos tersebut tidak dapat dipertahankan karena demikian banyak perbedaan, bahkan pertentangan, dalam visi politik mereka. Hatta menyebutkan hal itu sebagai dwitunggal yang menjadi dwitanggal.
Mengingat demikian pentingnya posisi elite dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (MOSCA,1939), baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah, rasanya ada suatu kebutuhan untuk menangani hal ini secara sungguh-sungguh. Di negara-negara nasional yang sudah mempunyai sejarah yang panjang, amatlah menarik bahwa pembangunan semacam korps elite nasional ini tumbuh secara alamiah melalui universitas-universitas terkemuka seperti Universitas Oxford di Inggeris, Universitas Sorbonne di Perancis, atau Universitas-universitas Harvard, Yale dan Princeton di Amerika Serikat.
         Sampai taraf tertentu, seandainya universitas-universitas berikut ini tidak merosot menjadi sekedar universitas lokal, peranan membangun korps elite nasional tersebut dapat dimainkan oleh Universitas Indonesia di Jakarta, Universitas Gadjah Mada di Jogjakarta, dan Universitas Airlangga di Surabaya. Para alumni universitas-universitas ini bukan saja diharapkan committed pada kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang didasarkan pada visi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tetapi juga diharapkan mampu untuk merumuskan kebijakan nasional yang adil, mampu melaksanakan kebijakan nasional tersebut secara arif, efektif, dan efisien, dan juga mampu mengendalikan bahtera negara dalam situasi internasional yang bukan saja semakin saling terkait, semakin dinamis, tetapi juga semakin kompetitif.
         Namun jalur universitas saja kelihatannya belum dirasakan memadai. Dalam tahun 1965 Presiden Soekarno sudah merintis gagasan ke arah terbentuknya suatu lembaga pengkajian dan lembaga pendidikan suatu korps elite nasional yang akan memimpin pemerintahan, sebagai representasi serta pengambil keputusan tentang masalah penting kenegaraan. Lembaga itu adalah Lembaga Pertahanan Nasional [sekarang Lembaga Ketahanan Nasional]. Banyak sedikitnya lembaga ini sudah memberi hasil, dengan menyumbangkan dua doktrin dasar nasional, yaitu Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara. Di samping itu, lembaga ini telah mendidik calon pejabat eselon 1, baik sipil maupun militer.
         Namun mengingat kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang semakin lama semakin runyam, dan gerakan separatis semakin lama semakin banyak, rasanya perlu diadakan evaluasi menyeluruh terhadap disain, struktur, kebijakan, program, dan kinerja lembaga ini.
Secara pribadi penulis menengarai bahwa visi persatuan dan kesatuan nasional yang dianut lembaga ini adalah dalam istilah seorang pakar integrasi nasional ethnic blind, buta etnik. Hal itu mungkin merupakan refleksi dari semboyannya: Tan Hana Dharma Mangrva, dengan melupakan sesanti yang tercantum dalam lambang negara: Bhinneka Tunggal Ika. Demikianlah masalah kajian etnik yang secara historis dan konseptual mempunyai peranan besar dalam natio- and state-bulding di Indonesia, tidak memperoleh perhatian yang memadai dari lembaga ini. Terdapat kesan kuat, bahwa perhatian lembaga ini lebih memusatkan perhatian pada pengembangan karir pejabat
eksekutif dari pada perumusan saran untuk lebih mendinamisasikan kehidupan berbangsa dan bernegara.
         Juga secara pribadi penulis berpendapat bahwa Lembaga Ketahanan Nasional ini harus kembali ke khittah-nya dalam tahun 1965, yaitu sebagai lembaga pengkajian ketahanan nasional serta pendidikan calon kepemimpinan nasional. Menciutkan kegiatan pada masalah pendidikan karir pejabat sipil dan militer belaka yang disisipi di sana sini olehpeserta dari partai politik, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga legislative rasanya belum memenuhi rancangan semula untuk lembaga ini.
         Lembaga ini perlu membuka diri lebih luas, baik dengan membahas aspirasi, kepentingan, serta grundelan berbagaietnik yang ada di Indonesia, maupun dengan memberi fasilitas pendidikan dan orientasi singkat kebangsaan bagi kader kepemimpinan semua kalangan, termasuk kader-kader kepemimpinan etnik dari daerah. Dengan cara itu secara lambat laun akan timbul suatu korps kepemimpinan nasional di segala tingkat, yang bukan saja sama kerangka referensi yang diperlukan untuk kelancaran komunikasi, tetapi juga saling mengenal secara pribadi.

























BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


1.      Sebagai suatu kontrak politik dari bangsa Indonesia yang bermasyarakat majemuk sewaktu akan mendirikan Republik Indonesia dalam tahun 1945, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sudah mempunyai legitimasi historis, legitimasi konstitusional, serta legitimasi politik yang kukuh.
2.      Yang masih harus dikembangkan adalah kerangka struktural yang sekaligus juga mempunyai keabsahan kultural, mampu selain mampu menangani seluruh masalah yang terkait dengan dinamika tiga komponen konstituen negara  yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintahan ‚  juga mampu menangani dinamika aspirasi dan kepentingan yang absah dari 1.072 etnik yang ada di Indonesia.
3.      Kultur politik otoritarian dan sentralistik yang walau pun sudah sangat pas dengan latar belakang sejarah nilai kultural masyarakat Indonesia di Jawa Tengah dan di Jawa Timur namun telah terbukti tidak sesuai untu diterapkan demikian saja di tingkat nasional.
4.      Bersama dengan The Three Tiers Theory of Nation- and State-Building, Paradigma Hubungan Pemerintah Pusat dan Etnik yang dikembangkan oleh Ann Gregory serta DeWitt Ellinwood, serta paradigma 14 keterkaitan struktural yang dikembangkan dari Konvensi Montevideo 1933 mungkin dapat membantu.











DAFTAR PUSAKA

www.setneg.go.id

Cerpen Nona Cengeng


Nona Cengeng

Oleh ismUach_tak ingin di cintai

Aku adalah cewek termalang di dunia ini, aku terlahir sebagai wanita cengeng, gak senang, gak sedih, taunya cuman nangis. Itu aku lakukan dengan cara tak sengaja, entah mengapa air mata ku mengalir dengan sendirinya, bahkan aku tak bisa menahan itu, emang bener-bener malang..
Di sekolah ku, aku di juluki nona cengeng,. Pertamakali nya sih yang panggil aku dengan gelar cengeng itu Riko, cowok terusil yang suka ngejailin aku, cowok resek. Dan juga, dia satu-satunya teman yang aku punya.. ya,, cuman dia aja yang mewarnai hariku dengan tangisan.

Buku catatan gue kemana???
“ buku gue hilang,, siapa sih yang tega nyembunyiin??? Padahal gue gak pernah gitu..!!!” yah,, gue nangis lagi,,
“ eh nona cengeng.. itu buku siapa???” ucap Riko dengan senyuman manja.
“ mana..???”
“ tuh di tangan loe,,”
“ bukan buku yang ini,, hwa…!!!!.” Duhh.. kapan sih gue bisa sembuh dari penyakit nangis ini????

Ini pasti kerjaan Riko,, ahhhhh.. gue benci Rikoooo..!!!
“ tolong,, siapa aja yang pegang buku Rika, kembalikan..!!!”

Nie cowok siapa??? Perasaan aku gak pernah tau,, emz,, dia kayak pangeran aja,, ya tuhan terimakasih,, aku rasa aku adalah cewek paling beruntung sedunia.., juga terimakasih udah mengirimkan pangeran penyelamat…
“ heh,, udah balikin aja bukunya,, gue gak mau berurusan sama Aldi” bisik seseorang yang ada di bangku paling belakang, aku tak tahu namanya, yang jelas dia cowok.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFIhDRCaIoGDSz70ljxd8aEc6mB9jHSGNu3-ZpqThcLHkoNjEf8NA52bUTxrKFg8R0NkheLO8_bkdIAaFR2TFY3eq9EzXet_quBCudkPwIYNZpT3RsIYWUDXOa2x9gsfkbwBl0wrEZSR4/s400/Cerpen+Remaja+2012+.jpg
Tiba tiba lelaki yang nyembunyikan buku ku datang dan langsung meminta maaf pada ku, dengan suara yang sangat sopan. Setau ku sih, dia temen sepermainan Riko.. ya aku tau, ini semua pasti ulah Riko..
“ mm, emm,, maa.. maksih ya,,” stop..!! stop donk,, udah..!! jangan nangis Nisa..!!! loe jangan cengeng gitu di depan pangeran loe..!
“ yah,, sama-sama.. oya,, kenalin gue Aldi dari kelas 11 D”

Tapi kok aku gak tau ya.. ya jelas gak tau,, temen sekelas aja yang aku tau cuman Riko,, yang lain gak tau. Emang manusia paling buruk, udah cengeng, pelupa, eh di tambah gak bisa gaul sama temen-temen yang laen,.. ha.. aku benci sama diriku sendiri.. sial sial sial..!!!
“ g.. g..gue.. A..An..Anisa…”
“ udah tau.. gue sering perhatiin loe, temen- temen loe juga sering cerita tentang loe..”

So sweet… ternyata selama ini masih ada orang yang perhatian sama gue… gue seneng banget,, mimpi apa ya semalem????
“ hey hey,,, kenapa nangis loe..???”
“ G.. g.. gu.. gue.. se.. se..sen.. seneng aj.. aja, tenyata masih ada or..or..orang yang perhatian sa..sam..sama gue…!!!”
“ kalok loe seneng, jangan nangis yah..!! senyum aja,,”

Kenapa aku gak bisa senyum..? cuman nangis aja,, biarin… yang penting sekarang aku seneng banget.
“ eh,, jangan lama-lama ngomong sama dia, ntar nie kelas banjir..”

Lagi-lagi Riko mengucapkan kata-kata yang sering aku dengar, kata-kata yang tak ingin ku dengar.
“ Riko.. loe ngomong apa sih,, loe… Loe...Jahat..”
Aku berlari meninggalkan Riko dan semuanya, aku menuju taman kecil di samping sekolah, tak terasa Riko mengejar ku, dia cuman diam, hanya menemani aku menangis, yappp.. itulah yang selalu dia lakukan sejak SMP hingga kita SMA. Entahlah,, apa yang dia pikirkan tentang aku,, apa aku hanyalah Nona cengeng????

Ohya,, tadi nama pangeran itu siapa ya,,?? Aldo?? Bukan, bukan!!! All… Al siapa ya,, namanya sih, susah amat,,
“ Ngapain loe kesini????”

Riko tak menjawab ku,, apa dia marah???, seharusnya yang marah kan aku,, kenapa jadi dia yang marah..??? Riko.. jangan cemberut donk,, aku gak suka liat kamu gitu..
“ Riko,, nama cowok yang tadi itu siapa????”
“ loe suka????”
“ enggak, cuman tanyak aja..”
“ kalok suka udah,, bilang aja, tapi jangan pakek nangis,,”
“ ahh.. Riko..!!!”
( di rumah=> dalam kamar)

Semoga besok aku masih bisa tersenyum meskipun tersenyum dalam hati,, berkat dia aku bisa sebahagia saat ini,, kan,, nagis lagi, nangis lagi..
“gue kan udah bilang, kalok seneng jangan nagis,,”

Suara itu,, ya aku ingat kata kata nya, itu pasti Al..Al.. Aldi, ya bener Aldi,, mungkin gara-gara aku mikirin dia sampek sampek suaranya terdengar di telingaku… bahkan aku merasa sangat dekat dengan nya…
“ STOP donk nagisnya..!!”

Ya,, aku denger lagi suaranya..
“ gue di sini,,,”

Hah..??? ternyata emang dia ada di sini,, lewat mana dia,,,
“ Al.. Al.. Aldi..??? loe lewat mana???”
“ lewat jendela.. gue naik tangga.. gue punya firasat kalok loe lagi nangis,, ya,, gue ke sini..”
“ loe..loe.. perhatian banget sama gue…”

Senyumnya.., aku ingin melihatnya lagi,,,
“ emz,, ee,, ee.. gue ambil minum dulu ya..”

Aku turun mengambil dua kaleng pocari, dan meberikan padanya, orang pertama yang membuat ku bahagia. Maksud ku orang ke dua,, orang pertamanya adalah Riko, tapi Riko tak pernah membuat aku sebahagia ini,, aku sangat, sangat, dan sangat bahagia bersamanya,, hanya dengan senyumannya, aku dapat merasakan apa yang tak pernah aku rasakan…
“ ngomong-ngomong keluarga loe kemana???”
“ lagi ke bandung..”
“ ngapain..???”
“ biasa.. urusan kerja..”
“ temen-temen loe pernah ke sini gak…???”
“ te temen????”
“ iya,, temen..”
“ gue gak punya temen, ada sih, cuman Riko,, sam…sama..l..l..loe..aja, itu pun kal..kalok loe mau temenan sama gue..!!!!”
“ tanpa loe minta, gue mau kok jadi temen loe,.. kenapa loe gak cari aja,, di kelas loe gitu..”
“ mana mungkin mereka mau temenan sama gue yang cuman bisa nangis aja..”
“ loe salah,, puya kaca???, loe berkaca, pandangin wajah loe.. cantik kok,, loe aja yang gak tau, di kelas-kelas laen banyak yang ngiri sama gue gara-gara gue bisa sedekat ini sama loe…, mereka semua pengen jadi temen loe…”

Ya.. tepat.. kamu selalu ngucapin kata-kata yang ingin aku dengar,, semuanya selalu sama dengan apa yang aku inginkan..
“ loe kayak malaikat aja..”gue nangis lagi, lagi lagi, dan lagi lagi..
“ jangan nangis donk.. jelek tau..”

Emang kamu seperti malaikat Al.. kamu udah nyelametin aku hanya dengan kata-kata dan senyuman yang tak kan terlupakan.. jika di ijin kan,, aku ingin selalu di dekat mu.. biarpun aku menangis, tapi aku menangis bahagia…
“ gue udah gak nangis lagi kok…”
“nah,, gitu.. kalok loe gak bisa ketawa, jangan nangis..”
“ yah..!!!”

Cuman dia yang mau perhatian sama aku,, papa.. gak begitu perhatian,, mama juga.., kalok mereka emang perhatian sama aku, kenapa mereka jarang pulang ke rumah,, pasti mereka bosen punya anak yang super cengeng…
“ emz,,, gue punya sesuatu buat loe,,..”
“ apa..???”
“ nih,,..”

Kacamata???? Apa maksudnya…????
“ kalok loe mau nangis,, pakek aja ini.. gue gak bisa liat loe nangis..”
Aku gak ragu lagi,, Aldi emang cowok sempurna.. dia cakep, pinter, dilengkapi dengan hatinya yang baik.. cewek mana sih yang gak suka sama dia..
Kalok di bandingin sam Riko,,, ea Riko cakep juga,, tapi aku sering liat dia buat cewek-cewek nangis.. mungkin dia memperlakukan semua cewek sama kayak dia buat aku nangis..??? emang bener-bener jahat..!!!
Kenapa bukan Riko sih yang jadi Aldi???,
Semenjak Aldi memberikan kacamata hitam + besar itu,, aku sadar.. saat aku nangis pasti dia ngerasa sakit… dan gak pengen liat aku nangis…

Seperti biasa.. lagi-lagi buku ku hilang,,, ya.. Masih tetep, semua ulah Riko,, aku pergi sambil nagis + ngomel ngomel.. Riko menghampiri aku.. tapi,, kali ini beda,, Riko mau ngomong,, gak seperti biasanya,, yang cuman diem ngeliatin aku nangis, setelah berhenti nangis, baru dia ngomong,,
“ An, kenapa sih.. loe ngejauhin gue,, ninggalin gue,, gue yakin kalok loe suka sama Aldi,,.” Muka Riko terlihat memerah,,
“ kalok iya kenapa, masalah buat loe.., loe jahat… loe udah buat gue nangis tiap hari,, bukan cuman gue kan korban loe,,, loe jugak sering buat cewek cewek nangis kenapa Rik,, loe benci sama anak cewek,, kalok emang benci,, kenapa loe gak menjauh aja dari gue..” baru pertama gue bisa marah sama kamu Riko,, maafin aku,, maafin aku,,
“ tapi beda An,,..gue..”
“ udah,, gue gak pengen denger omongan loe lagi,, pergi aja dari sini,, udah sana pergi,, loe jahattt!!!!!!”
“ elo apa gue yang jahat? loe selalu berpikir negatif tentang gue, gak pengen tau apa yang gue rasain, kenapa An..???? dan juga loe gak mau cari tau kenapa gue sering buat mereka nangis,,?? gue nolak mereka demi ello.. bahkan gue sempat benci sama loe,, kenapa cuman loe yang gue pikirin, kenapa cuman loe yang ada di hati gue,, kenapa harus loe yang buat gue kaya gini..??? bahkan gue gak pengen buat loe senyum.., gue ragu An,, Gue ragu sama perasaan gue sendiri, dengan melihat senyuman loe, gue takut akan perasaan gue semakin bertambah dan bertambah.. maafin gue.. “
“Riko..”

Aku tak dapat berbicara apapun saat ini,,, hanyalah menatap muka Riko. Betapa bodohnya aku,, aku terlalu egois,, hanya memikirkan dirisendiri, tanpa memikirkan hatinya.. apa yang harus aku lakukan dengan melihat Riko seperti ini??? Ya tuhann.. tolong bantu aku…
Sekarang aku sadar,,, betapa berharganya Riko melebihi siapa pun, ucapan Riko benar, aku selalu berpikir negatif tentangnya, aku menyesal tak menyadarinya dari awal…
Aku melihat Aldi di taman, dia hanya senyum,, senyum bahagie atau sedih aku juga tak mengerti…

Cerpen Misteri Rumah Tua


MISTERY RUMAH TUA

Matahari sudah mulai menampakan sinarnya,menyinari bumi dengan cahaya hangatnya.seperti pagi pagi sebelumnya,bangun tidur,mandi,memakai seragam merah putih,memakai ransel hitam di puggung,menghabiskan sarapan secepat aku bisa sebelum ibuku mengomel.
”julie!,cepat berangkat sebelum terlambat!”
“oke mom!” jawabku kesal,memang ibuku termasuk ibu yang bawel.

setelah perutku kenyang,aku langsung berlari menuju rak sepatu yang terletak di dekat pintu.memakainya secepat aku bisa,kenapa aku selalu terlambat?ini takdir atau karena aku malas bangun pagi? Hmmmmm kurasa dua duanya.

setelah sepatu dan kakiku menyatu,aku bergegas berlari kearah garasi mengambil sepeda pink kebanggaanku. mengayuhnya secepat aku bisa,dan seperti biasa di depan pintu gerbang rumahku sudah menunggu sahabatku,sasa.
”cepat julie,kita hampir terlambat nih” mengatakanya dengan sedikit kesal.

sasa anak yang baik,pintar,cantik pula.kulitnya seputih bulan dan rambutnya selembut kain sutra. berbeda sekali denganku yang pemalas dan terkenal tomboy,walaupun begitu aku memiliki mata yang lebih cantik di banding miliknya. paling tidak menurutku.

aku dan sasa mulai beradu cepat menyusuri jalan berlomba menuju sekolah.tapi pada saat melewati perempatan yang kedua,sasa mendadak berhenti.
”rumah nenek sihir….” katanya lirih. di kejauhan memang terlihat rumah yang tak terawat,halamanya di penuhi dedaunan yang layu dan pohon pohon yang kering kerontang ditambah tanaman liar yang merajalela membuat suasana bertambah horror.
”lebih baik kita ambil jalan lain supaya lebih aman” memandangiku dengan serius.
“oke” jawabku pelan.

Sesampainya di sekolah,kami berlari kencang menuju kelas menghindari kemarahan guru matek kami. tapi sesampai di kelas murid murid masih bermain bebas,ternyata pak budi lebih malas dibandingku!. meletakkan tas dan duduk seperti biasa di lini belakang,disamping kiri ada sasa dan di sebelah kanan ada dua saudara kembar yang tengil. jemmy dan jerry.
”hey tomboy,mau lihat otot otot ku yang sexy gak?” kata jemmy di iringi tawa cekikikan saudara kembarnya.
”kemarin aku berhasil mengangkat beban seberat 20 kg!,cadas gak tu?” aku memang sengaja tidak melihat dan pura pura tidak dengar.mendengar omong kosong mereka membuatku ingin muntah!,mereka hanya dua anak tolol yang suka cari masalah dan bahaya.membesarkan otot mereka tapi otak mereka tetap kecil.

Terjebak kebengongan sesaat karena menuggu guru yang pemalas itu,berpikir kalau pak budi sakit dan tidak bisa mengajar sehingga kelas di liburkan. itu merupakan mimpiku setiap malam. mendadak keluar anak dengan tergopoh gopoh dari pintu masuk kelas membawa tas yang lebih besar dari ukuran badanya,itu eunice,anak aneh yang tergila gila dengan dongeng atau cerita fiksi.

berjalan cepat menyusuri bangku bangku kelas,lalu duduk tepat di depanku.nafasnya masih terengah engah, punggungnya masih berkeringat dan rambutnya masih acak acakan.aku memerhatikanya sesaat,kenapa tuhan menciptakan manusia seaneh dia? Pikirku bercanda.mendadak dia berbalik dan memandangku dengan serius!pandangannya sangat tajam ke arahku! Aku mendadak gugup,dia bisa membaca pikiranku!?.aku mencoba tenang saat dia Memandangiku cukup lama dengan pandangan mata yang tajam seperti sedang membaca pikiranku.
“kau sudah dengar tentang rony si gendut?” dia mulai bicara.
“maksudmu rony si rakus?” anak sebelah meja menyahut,itu jemmy. melirikan matanya dengan pelan kearah dua bersaudara itu. memandangi mereka sesaat,lalu bergeser memandangi sasa lalu kembali lagi memfokuskan matanya kearahku.sadar kami berempat sedang memandanginya,dia mulai bicara,
”kau tahu apa yang terjadi dengannya?” aku menggeleng pelan. ”dia terkena sihir…” mengatakanya dengan sedikit mendesis menguatkan arti kata sihir.
“sihir?” jemmy dan jerry bertanya serentak.eunice megganguk.
”wakakakak…”tawa kedua anak itu pecah mendengar omongan gadis aneh itu. ceritanya memang agak konyol,tapi aku tidak tega untuk menertawainya.
”itu benar,bodoh!” sambil mengerasakan genggaman tangannya.
”dua hari yang lalu,rony bermain bola di dekat rumah penyihir itu,secara tidak sengaja dia menendang bola memasuki halaman rumah,karena rony lebih sayang bolanya dari pada nyawanya,dia memberanikan diri memasuki rumah penyihir itu,dia masuk dengan selamat dan keluar dengan selamat,tapi keesokan harinya dia jatuh sakit.” Berhenti sesaat,bersamaan dengan berhentinya tawa dua bersaudara tolol itu.
”dia terkena demam,suhu badanya tidak turun sampai dua hari ini,sudah di bawa ke dokter tapi dia belum sembuh sampai sekarang.” Suasana jadi hening ,jemmy dan jerry yang biasa cerewet hanya terdiam membisu,apalagi sasa.
“julie,rumahmu tidak jauh dari penyihir itu,berhati hatilah”. walaupun aku tidak percaya hal hal yang begituan, tapi kata kata eunice membuatku sedikit merinding.
“hei,anak anak,rindu denganku?” kata pak budi yang berjalan cepat memasuki kelas,merasa bersalah karena datang terlambat.
“maaf ya saya datang terlambat,soalnya banyak kerjaan di rumah” katanya meminta maaf.
“oke pak….” jawab kelas serentak. dan hal yang membosankan pun di mulai,mendengar ocehan guru yang gak jelas,duduk di kursi kayu yang keras belum lagi kalau terserang rasa ngantuk!harus ijin ke UKS untuk tidur nih.

Ting tong! Bel yang kutunggu tunggu berbunyi.akhirnya aku bisa melepaskan lelah dengan tidur di rumah.mengemasi barang ku secepat aku bisa,lalu berjalan bersama sasa menyusuri sekolah mengambil sepeda kebanggaanku dan bergegas pulang kerumah.makan sekenyang kenyangnya lalu tidur. yup! itu rencanaku.

tapi saat kami baru keluar dari tempat parkir sepeda,seseorang ngebut dengan sepedanya dari arah kiri lalu mendadak berhenti tepat di depanku,membuat debu di tanah melayang ke wajahku.ni orang ngajak ribut!.
“hey cantik, hey tomboy” sapa jemmy dengan sepeda barunya. sialan ni anak! Sudah bikin aku batuk batuk manggil tomboy lagi,kalau aku laki laki sudah ku hajar dia!.
“aku dan jerry akan melakukan petualangan ya ng mengasikkan” katanya percaya diri. tapi aku dan sasa hanya diam mengalihkan pandangan ke arah lain,pura pura tidak mendengar.
“kami berdua akan menangkap nenek sihir,mau ikut?” dia tersenyum.
“sorry,aku dan sasa punya pekerjaan lain yang lebih penting jadi..” dari kiri terlihat seseoarang ngebut dengan sepedanya dan berhenti tepat di depanku,menerbangkan kembali debu debu tanah ke wajahku.ini pasti jerry!.
“kalau kalian mau ikut,datanglah ke rumah penyihir itu jam 2 tepat,dan saksikan aksi heroic kami” mengedipkan sebelah mata ke arah sasa,tapi sasa membalasnya dengan ekpresi jijik.
“ayo jer, kita hajar penyihir itu!!” mereka mengegas sepeda kayuhnya,lalu berlomba meniggalkan sekolah. aku memandangi dua anak bodoh itu yang sedang adu cepat.menangkap nenek sihir? kurang kerjaan!.
“oke,sampai nanti ya julie..” sasa melambai dan membelokan sepedanya ke arah yang berlainan dari arah rumahku.
“oke bye…” aku membalas lambaiannya. rumahku tidak jauh lagi,tidak sabar ingin tidur siang.bersepeda menyusuri jalan sendirian dengan tempo yang pelan,menikmati suasana jalan yang rindang dan sejuk.menghirup udara sedalam dalamnya lalu menghembuskan kembali, ”wiuuuuhh….,aku suka tempat ini!” mengekpresikan kecintaanku dengan daerah tempat ku tinggal yang terkenal sejuk dan nyaman.

saat sampai di perempatan yang kedua,aku menghentikan sepedaku.teringat kata kata eunice,rumah horror itu Cuma berjarak 20 meter dariku.rumah itu kosong tanpa penghuni selama bertahun tahun,tapi akhir akhir ini banyak anak yang melihat nenek sihir berkeliaran di sekitar rumah tersebut.

rasa penasaran merasuki pikiranku,mengayuh sepedaku pelan menghampiri rumah itu.tapi kakiku tetap siaga kalau kalau ada sosok yang tidak ku iginkan muncul dari tempat itu,aku bisa mengayuh sepedaku secepat mungkin.

berhenti tepat di depan gerbang,rumah itu lebih besar dari yang ku kira,hanya ada hawa kematian dari rumah tersebut,dedaunan yang layu,pohon tua yang kering kerontang,cat tembok yang mulai mengelupas. aku memandangi rumah itu sesaat,tidak ada tanda kehidupan. ternyata rumah itu masih kosong seperti dulu,tidak ada yang namanya nenek sihir.hanya khayalan anak kecil saja.

kembali mengayuh sepeda pink ku menuju rumah kesayanganku,tapi baru beberapa meter kedepan aku merasa ada seseorang atau sesuatu memerhatiaknku dari belakang!. aku mendadak berhenti,melihat jalan di belakangku,tapi sepi tak ada seoarangpun, lalu mengalihkan pandangan mataku kearah rumah horror itu,pemandanganya masih sama,tidak ada yang barubah,menegakkan sedikit kepalaku keatas memandang lantai 2 rumah itu.mataku melotot tak berkedip,jantungku berdetak kencang.ada bayangan hitam di jendela lantai dua rumah itu.nenek sihir!!.eunice benar! Nenek sihir itu benar benar ada! Bayangan hitam itu membuat jantungku berlari kencang,tapi aku tidak percaya! Ku gosokan tanganku untuk menjernihkan mata,tapi saat ku lihat lagi,bayangan itu sudah pergi,hanya jendela kosong setengah terbuka yang berdering karena tiupan angin.
“huuuuuuft…. ternyata hanya imajinasiku saja..” kataku lega.
“momi.. aku pulang..” teriakku sambil membuka pintu rumah.

Berjalan ke dapur mencari makan untuk mengisi perut yang bernyanyi ini.saat akan membuka pintu kulkas,aku melihat kertas yang bertuliskan “ julie,ibu dan ayah pergi ke rumah nenek sebentar,ku sediakan spageti untuk makan malam”
“spagetti!?” teriak ku spontan.
”awesome….” kulihat mangkuk berisi mie bercampur saus yang menggoda itu di atas meja.
”cukup 3 menit untuk menghabiskan spagetti itu!” mengambil sumpit,lalu berlomba dengan waktu untuk mengisi perut ini.3 menit kemudian….
“wiuuuuuhhh….” perutku sudah kenyang,saatnya tidur. menaiki tangga,memasuki kamar,lalu merobohkan diri mengahantam kasur yang empuk. “hari ini aku kan memimpikan tom cruise”. Mencari posisi yang enak lalu memejamkan mata,dan berpetualang di dunia mimpiku.

2 Jam berlalu….,tubuh ini sudah tidak enak lagi untuk tidur,spontan membuka mata,bediri dari tidurku “woooaaahhh….” dan mengolet. berjalan pelan dan terguyung guyung ke arah jendela karena masih terasa sedikit ngantuk.membuka jendela dan melihat pemandangan luar.itu merupakan kebiasaanku sehabis bagun tidur.sudah jam 5 sore,matahari mulai bersembunyi membuat langit berwarna orange.ku geserkan sedikit kepalaku kesamping,terlihat rumah horror yang di ceritakan eunice.walaupun di lihat dari jauh,rumah itu masih terlihat seram.

Kriiiinggg!!! kriiiinggg!! Telpon di lantai bawah berbunyi,mungkin momi yang khawatir,karena meniggalkan anaknya yang berumur 14 tahun ini sendirian di rumah.berjalan menyusuri tangga dan menempelkan ganggang telpon di telinga.
”hai mom”
“hei jul,ini sasa!”
“oh,hei sasa ada pa?”
“aku punya berita buruk!” katanya resah.
“berita buruk apa?”
“jemmy dan jerry belum pulang dari tadi siang!” teriaknya binggung. jemmy dan jerry hilang? Apa urusanku?.
”mereka belum pulang sejak ingin menangkap nenek sihir!”
“maksudmu mereka di tangkap nenek sihir?”
“yup!,gimana nih!?” buseeet,,, pikiran konyol eunice merasuki sasa,virus itu benar benar mematikan.harus ku selamatkan sasa sebelum terlambat.
“jangan diam aja! Gimana nih aku binggung!”
“sasa..,nenek sihir itu tidak ada,hanya imajinasi saja,nanti kusuruh ayahku tuk ngecek rumah itu,smuanya pasti baik baik aja,tenang…” kucoba menenangkan sasa.
“bener nih?”
“iyaa,nenek sihir itu hanya dongeng,tidak ada di kehidupan nyata.”
“oh.. gitu ya… “katanya lebih santai dan pelan.
“maaf ya jul,terbawa suasana nih,jadi malu..hehe..”
“gak masalah… denganku smuanya pasti beres”
“haha.. oke, sampai nanti ya” “oke,bye” menutup ganggang telpon,huuuf.., pikiran eunice sudah merasuki semua orang,jerry,jemmy dan sekarang sasa.dunia ini memang hampir kiamat!.menaiki tangga dan kembali ke kamar mengerjakan tugas dari pak budi.

aaaaarggh!! tugas ini susah sekali! Satu nomerpun aku gak bisa. ”huuuuftt…..” terjebak kebenggongan sesaat,mau diapain nih soal?.

jam sudah menunjukan pukul 6,saatnya mengunci pintu dan jendela. Daripada binggung,mending besok nyontek aja di sekolah. menutup buku,bergegas ke lantai bawah mengunci pintu dan jendela ruang makan,dapur dan ruang tamu lalu kembali lagi ke atas mengunci jendela kamarku.

berdiri di depan jendela,langit mulai berubah warna menjadi biru gelap semakin lama semakin menghitam.rumah rumah sudah mulai bercahaya karena sinar lampu. Tapi ada satu rumah yang tak pernah lepas dari perhatianku,yup,rumah “nenek sihir” yang di ceritakan eunice.rumah tua itu terkesan…..
“!!!!!!!!” rumah itu bercahaya! Ada penghuni di rumah itu! jangan jangan…… jantungku berdetak kencang!memerhatikan rumah itu dengan teliti,ada seseorang di rumah itu,dia melmbai ke arahku,dia minta tolong! Jantungku berdetak lebih kencang,“itu jemmy!!” jemmy di tangkap nenek sihir! Kakiku gemetaran,bulu kudukku berdiri tegak,Eunice benar! Sasa benar! Aku salah!

Aku berlari kencang ke lantai bawah lebih kencang dari detak jantungku. Menggenggam ganggang telpon dan memencet nomer sasa secepat aku bisa.
“sasa!, sasa!”
“da pa julie?”
“jemmy..je…jemmy di tangkap nenek sihir!”
“hah?” “jemmy di tangkap nenek sihir! Aku melihatnya!”
“oh my…. g mana donk?” sasa menjadi binggung sama sepertiku. ku coba menenangkan diri menghirup udara sedalam dalamnya.
“jul, gimana donk?” sasa mendesak.
“oke,.. lebih baik kamu ke sini bawa senjata paling mematikan yang kau punya,kita akan menyelamatkan jemmy!!!”
“oh… o..oke..” jawabnya ragu. setelah menutup ganggang telpon,ku beranikan diri kembali ke atas,melihat kembali rumah itu,apakah yang kulihat tadi nyata atau imajinasi saja.

kakiku kembali bergetar,ternyata itu nyata! Bahkan lebih parah,sekarang ada dua orang di rumah tua itu yang melambai minta tolong,Jemmy dan yang satu lagi pasti jerry!. tanpa mepedulikan rasa takut,ku bergegas ke arah gudang mengambil barang yang cocok untuk di jadikan senjata.tongkat bisbol rasanya cukup untuk membuat kepala nenek itu benjol.

Tingtong!! Bel pintu depan berbunyi,itu pasti sasa.bergegas ke pintu depan dan membukanya,ternyata sasa tidak sendirian.
“eunice?”
“hei.. julie.” Dengan nada seram seperti biasa.
“aku yang mengajak eunice ke sini,ku pikir eunice akan banyak membantu” sahut sasa.

Pikiranku semakin gila saat melihat eunice berpenampilan aneh. dia memakai baju berlapis seng di dada,panci di kepala,sapu di tangan kanan,tas super besar seperti tas militer di punggung dan speaker di tangan kiri.
“kenapa kau berpakaian seperti itu?”
“ini pakaian anti sihir..” aku hanya diam dan pura pura percaya,tak ada gunanya berdebat dengan anak itu.
“oke.. kalian siap?” eunice mengganguk yakin sedang sasa hanya terdiam gelisah.
”ayo!!” dengan segala keberanian yang kami punya,kami berjalan yakin menuju rumah tua itu.

Saat sampai di depan gerbang,keberanian itu hilang di sapu angin hanya menyisakan kaki yang gemetar dan jantung yang berdetak kencang.rumah itu lebih seram dari sebelumnya.

mendadak gerbang itu terbuka dengan sendirinya! membuat kakiku semakin gemetaran. nenek sihir itu tau kedatangan ku! Perasaan gelisah menyerangku. ditengah rasa takut dan gelisah,eunice berjalan memasuki rumah itu,seolah olah dia tidak peduli dengan gerbang yang terbuka sendiri atau nenek sihir yang menuggunya. aku dan sasa mengikutinya dari belakang. ternyata eunice lebih gila dari yang ku kira,dia tak punya rasa takut.

tiba tiba langkah eunice berhenti,bersamaan dengan langkahku dan sasa. terjadi keheningan sesaat,lalu terdengar langkah kaki dari rumah itu,langkah kaki itu mengarah ke pintu depan tepat dimana kami berdiri!.
“sembunyii!” teriak eunice pelan.

eunice berlari ke arah semak semak di ikuti langkahku dan sasa yang tergopoh gopoh. kami bersembunyi di semak semak,saat langkah itu semakin lama semakin mendekati pintu dan terdengar suara pintu terbuka. aku dan sasa memejamkan mata tak berani melihat sosok yang keluar dari pintu itu,hanya eunice yang berani mengintip.

keheningan kembali terjadi,tapi tak ada tanda tanda dari nenek itu.ku beranikan diri untuk mengintip,pintu depan masih tertuup! Lalu bunyi apa itu tadi?.
“pintu samping terbuka..” kata eunice pelan.
“lebih baik kita masuk sekarang sebelum terlambat..” sebelum aku sempat menjawab,eunice sudah berlari ke arah pintu samping,aku dan sasa tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.

kita sampai di pintu itu dengan selamat,walaupun kaki ini sudah seperti batu.
“lebih baik kita menyebar…supaya lebih cepat” saran eunice.
”lebih baik kita sama sama aja supaya lebih aman” sasa menyanggah.
“aku kan mencari di lantai bawah kalian berdua di lantai atas” kata eunice penuh percaya diri.

sebelum sempat menjawab,eunice sudah berjalan memasuki rumah yang gelap itu.tak mau kalah dari anak aneh itu,aku dan sasa memberanikan diri memasuki rumah itu.

berjalan menaiki tangga,memasuki ruangan yang penuh tumpukan buku usang. cahaya lampu yang remang remang tidak cukup untuk menerangi ruangan itu. sasa berjalan di depanku,memeriksa setiap sudut rak buku itu,mencari dua teman kami yang hilang.sedang aku hanya melihat lihat buku usang itu,banyak buku novel bertema fantay di sini,eunice pasti senang,itu kalau kita bisa keluar dengan selamat.

tiba tiba sasa mencolek ku dari belakang,sebelum menoleh jantungku berdetak kencang!sasa berada tepat di depanku!,lalu siapa yang mencolek ku,, saat ku menoleh…
“aaaghhhhh!!!!” nenek bermuka seram dengan topi buncit dan jubah hitam berada tepat di depanku!! Nenek sihir!! Jantungku seperti berhenti berdetak,kepalaku terasa berat dan pemandangan berubah jadi hitam.bruuk!!! aku pingsan.atau aku terkena sihir?. …………………………………………………………………………………………………………………………………..

beberapa lama kemudian,aku kembali bisa merasakan tangan dan kakiku.aku tidur di tempat yang empuk,kurasa ini kasur kesayangan di kamar tidurku. ku buka mataku,lalu bangun dari tidurku,pikiranku kembali normal walaupun kepala ini masih terasa berat.

benar,aku tidur di atas kasur,tapi…ini bukan kamarku!!.lantainya yang kotor,cat dinding yang mulai mengelupas,lampu yang remang remang… ini rumah nenek sihir itu!!.aku kembali panik! Aku berlari keluar ruangan mencari pertolongan.berlari sekuat tenaga menyelamatkan hidupku! ketika aku sampai di ruang utama,ruangan yang paling luas,aku melihat pintu di ujung ruangan, itu pintu keluarnya! Aku berlari kencang ke arah pintu tersebut,tapi sebelum aku sampai di depan pintu,pintu itu terbuka dan keluar seorang nenek berjubah hitam,
“nenek sihir!!” teriakku spontan.

nenek itu berjalan dengan baki yang di penuhi sesuatu misterius di atasnya,pikiranku semakin gila saat melihat seorang gadis berjalan di sampingnya.
“sasa!?” teriaku kaget.
“oh,hei julie kau sudah sadar rupanya” sasa menjawab.

aku terdiam kaku,sebuah hipotesis merasuki pikiranku,sasa di hipnotis!.
“sasa! Apa yang terjadi dengan mu!? Menjauh dari nenek sihir itu atau kau nanti celaka!” teriakku binggung.
“hey! Relax… jangan kasar pada nyonya simpson..” seseorang menyahut teriakanku dari samping. itu jemmy! Dan di sampingnya jerry! Mereka sedang asik bermain video game,pikiranku semakin meledak!kenapa mereka tidak lari,malah asyik main video game!.
“ho ho.. tenang nak.. duduk dulu dan makan eskrim ini,biar temanmu ini yang menjelaskannya” kata nenek itu sambil meletakan sesuatu di atas meja,ternyata baki itu penuh dengan eskrim.
”perkenalkan,nenek ini namanya nyonya simpson,dia datang ke rumah ini seminggu yang lalu” sasa mulai bicara. Nenek sihir itu bernama simpson!gumamku.
”karena dia tidak mempunyai kerabat di daerah ini,dia tinggal di sini sendirian,karena itu dia belum sempat membersihkan rumah ini,jadi rumah ini masih kotor dan berantakan seperti rumah nenek sihir”. Kata kata sasa mencairkan prasangka burukku,tapi belum membuatku yakin.
“lalu bagaimana dengan jimmy dan jerry? Katanya mereka ditangkap nenek sihir?”.
“bwahahahaha…” tawa kedua bersaudara itu meledak.
”kau benar benar imajinatif jul!” tambah jerry,ditertawain kedua orang bodoh itu adalah hal paling memalukan yang pernah ku alami!.
“begini ceritanya,saat mendengar cerita eunice tentang nenek sihir,kami sebagai pahlawan kota ini langsung mendatangi rumah ini berniat membasmi hal yang meresahkan warga.”
“yang kami temukan bukan nenek sihir tapi nyonya simpson yang baik hati yang memberikan kami eskrim super lezat dan memperbolehkan kami main game terbaik sepanjang masa,need for speed!!!” tambah jemmy.
“jadi,kalian tidak pulang seharian hanya untuk main game?” tanyaku tidak percaya.
“yup” mereka menjawab serentak.
“tapi aku melihat kalian se-” pertanyaanku berhenti saat melihat dua boneka berdiri melambai di jendela atas.ternyata yang kulihat tadi itu boneka!.sial,aku benar benar malu,berteriak nenek sihir kesana kemari,padahal nenek sihir itu tidak ada.

tunggu,,,,,ada satu hal yang belum tuntas.
“lalu bagaimana dengan rony? Katanya dia sakit karena terkena sihir”.
“hohoho.. anak gendut itu?,beberapa hari yang lalu dia kemari mengambil bolanya yang masuk ke halaman rumah ini,karena aku punya banyak eskrim dan tidak kuat menghabiskannya sendirian,aku tawarin dia eskrim,eh dia sangat suka eskrim ini dan habis 5 mangkok!” kata nenek itu dengan penuh senyum di bibirnya.
“jadi dia sakit demam karena kebanyakan makan eskrim?” tanyaku pada diri sendiri.

huuuuf….. perasaanku lega… tidak ada yang namanya nenek sihir,hanya imajinasi eunice saja.sial,anak itu sudah menipu kita semua.
“eh,eunice kemana?” tanyaku penasaran. sasa mengelangkan kepalanya ke samping,terlihat eunice sedang asik membaca buku di sebelah rak buku yang penuh dengan novel fantasy. anak aneh itu memang benar benar aneh!,tapi tak apalah. kalau bukan karena dia aku tidak bisa melewati hari yang mendebarkan ini. melepas lelah dengan makan eskrim buatan nenek simpson. wow! eskrim ini lezat sekali,tak heran rony habis 5 mangkok.

perasaanku kembali khawatir saat melihat jam dinding yang menunjukan pukul 9 malam.bakalan kena marah nih.tapi tak apa,ada pelajaran yang kudapat hari ini.jangan berprasangka buruk dulu sebelum kau tahu persis apa yang terjadi.jika kau tidak mau berakhir seperti aku. (-_-).