Minggu, 09 September 2012

Cerpen Catatan Dibulan Julii


CATATAN DIBULAN JUNI
Cerpen Zshara Aurora

“Kring.. kring.. kring..” suara HP-ku menyanyi tanpa henti bagai kicauan burung dihari nan asri. Tepat pukul 00.00, Aku terbangun dan segera mengambil HP. Hari itu, sahabatku Maya berulang tahun. Sebagai sahabat yang baik, aku ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun. Kutulis ucapan selamat sepenuh hati walaupun pikiran masih jauh melayang ke mana-mana. Ketika SMS tersebut siap, pikiranku pun sudah tidak pada HP yang kupegang, tanpa kusadari, aku telah tertidur pulas dan lupa mengirimkan SMS.

Fajar pagi mulai menyapa dunia fana. Dengan terpaksa, aku mengakhiri masa lelap dan segera mengambil HP di bawah bantal. Dengan bangga aku merasa telah menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat pada Maya. Hari itu, tepatnya tanggal 6 Juni 2010, telah kupikirkirkan kejutan untuk sahabat pecinta Spongebob namun kejutan itu gatot alias gagal total. Tak tahu lagi apa yang harus kuberikan pada Maya. Apakah aku harus mencuri uang Mama tersayang untuk membeli hadiah ataukah hanya ucap selamat pada Maya. Aku yang biasa tersenyum seakan galau dan tanpa arah ingin melakukan apa. Selang beberapa waktu, aku sadar bahwa besok ada UAS. Segera aku belajar dan mecoba sedikit tidak memikirkan Maya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxhoI7r9AyFZyd9-f2G9Ixw8MbUn3wOQlYYA8qdhgt-HelebmLS6aJ5be5L60_h0GUQAZTP0YbS4CUxjK_nEB0INkdpakMufV347iz8L_9d8qDx_xlC_BDJ7TxoGklaJCVbJOrYa7nly0/s400/Cerpen+Persahabatan+2012.jpg
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah melewati sungai dan jalan hingga ke Jalan Diponegoro. Tak seperti biasanya yang paling heboh sendiri, aku lebih pendiam hari itu. Entah apa yang difikirkan, bahkan aku sendiri tak tahu apa yang membuat semua ini menjadi rumit dan kacau. Bel masuk berbunyi, aku duduk di bangku ujian di sebelah kakak laki-laki yang namanya sungguh panjang dan antep jare wong Jowo. Ujian berlangsung dengan sunyi. Aku berusaha untuk mengerjakan soal yang bisa dibilang sangat mbuleti nyingseti.
Saat istirahat, Maya datang ke kelasku. Degh.... “Bagaimana ini? Aura... Aura... tenang, jangan lebay, bertindak wajar, Okay!”, kataku dalam hati.

Maya semakin mendekat dan jantungku kian berdebar. Dia duduk dan berekspresi sungguh cantik.
“Ra, tahukan sekarang hari ulang tahunku?”, tanyanya.
“Lucu deh, Dek. Ada angin apa? Senangnya Kamu.”, kataku terbata.
“Pastinya, Mbak. Ingat Kak Keke? Dia mengucapkan selamat ulang tahun pukul 00.02.”, sahutnya semangat.
“O... Aku terharu.”, desahku pelan, tetes air mata seakan melewati pipi berbedak putih ini. Bingung, aku kira sudah berehasil mengucapkan “selamat ultah” untuk yang pertama ternyata tak jauh dari kata GAGAL. Memendam rasa yang sungguh tak dimengerti serta air mata yang menetes tanpa sadar mungkin sulit tapi telah kulakukan demi kebahagiaanmu sahabat, Maya.

Dua hari berikutnya, Maya menemuiku diruang ujian. Rasa senang mulai muncul dengan kehadiran Maya. Tetapi kenyataan berbeda, Maya hanya menceritakan hadiah yang diberikan Kak Keke kepadanya. Aku semakin terpukul dan bingung ingin melakukan apa. Bahkan akhir-akhir ini, Maya selalu bermain dengan Rosa. Maya tak pernah lagi mengajakku berjalan-jalan. Apa salahku, apa aku pernah membuat dia sedih, ini semua nggak adil. Aku mulai muak. Ku ingin marah, melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri di sini. Ingin kutunjukan pada siapa saja yang ada, bahwa hatiku kecewa, nyanyian Bunga Citra Lestari yang lebih dikebal BCL tersebut kunyanyikan dalam hati.

Suara burung hantu mulai terdengar, sudah tak bisa kumenahan rasa hati yang semakin menjadi-jadi. Dengan berat hati, kukirim SMS kepada Maya dan mengeluarkan isi hatin yang sudah terpendam sekian lama.
”D’ maaf aku bilang seperti ini. Aku sudah g’ bisa lagi menahan ini d’. D’ sebenarnya, aku ini siapa dimata Adegh. Adegh sadar g’ sich, Adegh tuch udach nyakitin aku. Adegh jalan bareng Rosa tanpa peduli aku. Pagi-pagi adegh ama aku, nanti saat Rosa datang, Adegh g’ peduli aku lagi dan segera jalan ma Rosa. Aku g’ tahan lagi d’. Adegh sahabatku g’ sich.”, SMS kukirimkan pada Maya.

Entah apa yang difikirkan Maya setelah membaca SMS itu. Selang beberapa waktu, HP-ku berbunyi. Detak jantung serasa akan perang, perlahan tapi pasti kuambil HP kesayanganku. Aku pandang dan terlihat sebuah SMS dari Maya,“Maaf ya Mbak. Aku tak bermaksud menyakiti hatimu. Kita SAHABAT FOREVER.” Aku tersenyum memandangnya. Okay, aku mulai bisa belajar dengan tekun dan serius. Aku tertidur walaupun kusadar banyaknya tugas yang harus aku jalani. Ya sudahlah, aku capek hari itu.
****

Hari-hari setelah Maya mengatakan bahwa Kak Keke memberi hadiah, aku jadi ingin memberi Maya hadiah boneka Spongebob mengingat Maya adalah Spongebob Lover. Setiap harinya, aku menyisihkan separuh uang saku untuk rencana itu padahal aku terkenal cewe’ yang boros. GILA, laper banget
JSi Aura Manis ini..!!

Hari Senin tanggal 14 Juni, aku pergi untuk membeli boneka Spongebob. Kuyakinkah hatiku bahwa Maya akan senang menerima boneka itu. Kuning dengan bintik-bintik hijau, sepatu hitam, dan senyum gila tengah menetap di boneka tersebut. Keesokan harinya, aku berusaha membujuk Maya agar tak ikut berbelanja ke An_Jana, sebuah toko favorit untuk berbelanja accesories. Setelah terjadi pertengkaran kecil, akhirnya Maya mau menunggu. Aku tunggu Nirwan dengan sabar. Nirwan, seorang teman sebelah kelas yang tengah dekat denganku. Sudah lama aku menunggu, namun Nirwan masih belum datang.
“Ra, maaf, aku ditelepon Mama untuk pulang karena ada acara keluarga”, kata-kata itu keluar dari lelaki di depanku, Nirwan.
“Hm.. ya nggak apa-apa, Nir. Hati-hati ya...”, sahutku berat. Dengan hati kecewa aku pergi bersama Wulan. Akhirnya, aku memilih bungkus bersampul batik untuk hadiah Maya. Kami pun pulang menemui Maya yang emosi karena aku yang lama tak datang. Kami pulang naik angkot berlogo Q. Di perjalanan, datang dua orang pria yang wajahnya tak asing buat Eka, Navra, dan teman-teman lainya. Apakah mereka komplotan pencopet yang pernah Eka temui beberapa bulan lalu? Mungkin iya atau mereka hanyalah dua orang yang hampir mirip dengan pencopet itu. Tapi aku yakinkan untuk mengira mereka adalah pencopet. Keanehan terus berlanjut ketika sang pencopet berpura-pura muntah dan menanyakan waktu padahal dia memakai arloji. Eka memperingatkan teman-teman dan mencoba menakut-nakuti sang pencopet dengan bualan yang berhubungan dengan Dedy, aneh. Saat pencopet itu turun dari angkot, kejanggalan terasa dihatiku tentang Maya. Tak dikira, tenyara HP Maya menjadi korban pencopet. Segera kami turun dari angkot dan segera menghubungi polisi. Tiada yang mengetahui kecuali orang-orang yang berada di penyervisan radiator. Mereka berkata bahwa pencopet itu dijemput mobil Panther berplat B. Sudah tiada lagi harapan menemukan HP Maya. Anehnya, mataku berkaca-kaca menghadapi kenyataan pahit ini, walaupun Maya tak sedikitpun menangis atau sedih.

Sampai di rumah, aku segera membungkus hadiahn dan menulis pesan.
“d’ ini juga sebagai tanda ‘soory’ karena aku g’ bisa nangkep pencopet itu. Aku janji d’ akan menangkap pencopet itu walau itu berbulan – bulan lagi”,tulisku dalam kado untuk Maya.
Aku simpan hadiah itu di lemari agar orang tuaku tak mengetahui hadiah tersebut. Aku yang tak rela HP temanku dicopet masih mencoba menghubungi nomer HP Maya, seandainya masih aktif. Namun setelah dideteksi, nomer Maya tak diketahui keberadaannya. Aku sedih karena tak bisa menangkap pencopet yang telah mencuri HP sahabat yang kukenal sejak SMP itu. Aku berharap agar hadiah yang kuberikan bisa meredakan kesedihan Maya.
****

Maya telah memiliki HP baru. Apa? Secepat itukah dia mendapatkan apa yang diminta. Aku tak menyangka dan semua itu adalah nyata, bahkan aku memegang HP baru Maya yang tak berbeda dengan HP sebelumnya. Apakah aku harus mengirimkan hadiahku padanya, dia sudah punya apa yang dia inginkan, aku takut dia hanya menertawakanku dengan hadiah yang sederhana ini. Akhirnya aku memantapkan keinginan untuk memberikan hadiah pada Maya pada tanggal 18 Juni. Aku harus tegar menerima apapun yang dikatakan Maya tentang hadiah ini. Aku bertemu Maya dan memberikan tas di jemari tangan Maya. Dia yang seolah kaget mengejarku dan bertanya, “Apa ini, Ra?”
“Untuk Kamu”, jawabku tersenyum. Ucapan terima kasih telah terdengar dari Maya, aku hanya tersenyum memandangi Maya yang mengotak-atik boneka pemberianku. Alhamdulillah, ketakutanku tak terbukti, Maya sangat senang dengan hadiahku, apa lagi setelah membuka hadiah itu adalah boneka Spongebob. Tak kuasa kumenahan rasa haru ini, namun senyumku tetap memancar dari bibir yang manis kata orang.

Jam pulang tiba, aku, Maya, Eka, dan teman-teman lainnya berjalan ke tempat angkot berada. Kami berharap bertemu dengan pencopet HP Maya. Aku telah membawa kantung kresek, selotip, dan kertas untuk mengerjai pencopet itu. Eka pun membawa tali, namun lucunya tali yang dibawanya adalah tali pramuka, emang mau kemah di siang bolong. Kami khususnya aku berdoa bersama agar bertemu pencopet tersebut. Jalan-jalan terlewati namun hidung pencopet tersebut tak kunjung terlihat. Aku semakin kecewa mendapati angkot telah berada di Ploso, pupus sudah harapanku untuk menangkap pencopet itu. Mungkin ini memang jalan takdir terbaik untukku, belum bisa menangkap pencopet. Aku yang merasa bersalah atas pencopetan itu kecewa karena belum bisa menepati janji. Tapi, aku yakin bisa menepati janji pada Maya diwaktu yang tepat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar